Produsen otomotif dan ban akan memboyong pabrik mereka dampak perang Rusia-Ukraina. Renault berencana angkat kaki dari Rusia, sedangkan Volkswagen atau VW setop produksi di Jerman.
Mengutip Reuters, Senin (28/2), Renault menutup atau memindahkan operasi pabrik mereka di Rusia karena pasokan logistik yang terhambat.
Juru bicara perusahaan tidak secara gamblang mengatakan rantai pasokannya terdampak perang Rusia-Ukraina. Namun, ia memastikan upaya ini sebagai konsekuensi dari pengetatan perbatasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, VW menghentikan produksi selama beberapa hari di dua pabrik mereka di Jerman, lantaran kekurangan komponen akibat penundaan produksi di Ukraina.
Produsen mobil Rusia, Avtovaz Avazi yang dikendalikan Renault juga akan menangguhkan jalur perakitan di pabrik di Rusia Tengah selama sehari, karena kekurangan pasokan komponen.
Berbeda halnya dengan produsen ban Nokian Tyres yang dengan tegas mengaku memindahkan produksi sejumlah lini utama dari Rusia ke Finlandia dan Amerika Serikat sebagai sanksi ekonomi terhadap serangan militer Rusia ke Ukraina.
Kemudian, Sumitomo Electric Industries, yang mempekerjakan sekitar 6.000 orang di Ukraina untuk membuat kawat, juga akan menangguhkan operasi pabrik dan mempertimbangkan pasokan dari tempat lain.
Ford Motor Co yang memiliki usaha patungan 50 persen di Ford Sollers dan memiliki tiga pabrik perakitan di Rusia dalam sebuah pernyataan mengaku kondisi ini memprihatinkan. Tapi, mereka akan mengikuti peraturan dan menerapkan sanksi perdagangan.
Sementara pembuat suku cadang mobil Prancis Valeo mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan menurunkan volume produksi, menaikkan harga energi dan bahan baku, seperti logam paladium, platinum, dan rhodium.
Padahal, konsultan otomotif dari AlixPartners menuturkan Rusia memproduksi 38 persen paladium dunia. "Sulit memikirkan bisnis otomotif global yang tidak memasok paladium dari Rusia," katanya.
(ryh/bir)