Bom termobarik disebut Kementerian Pertahanan Inggris telah digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina. Senjata ini punya teknologi itu bisa menyedot oksigen di sekitarnya sebagai energi untuk menghasilkan daya ledak yang dahsyat.
Senjata yang dipakai Rusia itu merupakan peluncur roket dengan sistem TOS-1A dengan daya hancur tinggi.
Amerika Serikat menggunakan bom termobarik saat Perang Vietnam 2 pada 1955. Sedangkan Uni Soviet menggunakan senjata tersebut selama perang di Afghanistan pada 1979.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom termobarik juga disebut sebagai Father of All Boms, atau induk dari semua bom. Bom jenis ini bisa membuat orang yang terpapar tewas karena ledakan, hingga tak menerima oksigen.
Bom termobarik ini juga disebut bom vakum. Ia bekerja dengan cara menyedot oksigen di sekitar target untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi.
Bom vakum bisa berbentuk beberapa ukuran, mulai dari granat berpeluncur roket untuk pertempuran jarak dekat, hingga versi besar yang dapat diluncurkan dari jet tempur.
Daya ledak termobarik terbilang sangat dahsyat, yakni menghasilkan awan plasma yang mencapai suhu antara 2.500-3000 Celcius, dan menciptakan ledakan suhu tinggi yang lebih lama dari bom biasanya.
Dikutip JMVH, selain ledakan dari bom vakum ini sangat berbahaya, bom ini juga mengeluarkan zat berbahaya etilen oksida.
Etilen oksida adalah gas yang digunakan sebagai bahan sterilisasi yang memiliki senyawa sangat beracun jika mengenai tubuh manusia. Korban yang terpapar zat ini bisa mengalami kulit terbakar serta mengalami gangguan pada paru-paru dan pencernaan.
Meski dikecam banyak negara, hingga kini tidak ada undang-undang internasional yang secara khusus melarang penggunaan termobarik. Tetapi jika serangan ditujukan kepada masyarakat sipil, maka negara itu dapat dihukum karena kejahatan perang.
(fea/can/fea)