Badan Antariksa Eropa (ESA) resmi menangguhkan ExoMars, misi astrobiologi yang bekerja sama dengan badan antariksa Rusia Roscosmos, Kamis (17/3). Penangguhan program itu buntut dari invasi ke Ukraina.
ESA mengklaim keputusan ini sudah bulat hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
"Sebagai organisasi antar pemerintah yang diberi mandat untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program luar angkasa.. Kami sangat menyesalkan korban manusia dan konsekuensi tragis dari agresi terhadap Ukraina," kata ESA dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"ESA sepenuhnya selaras dengan sanksi yang dikenakan pada Rusia oleh Negara-negara Anggotanya," tambahnya.
Ketegangan antara ESA dan Roscosmos terjadi sejak agresi militer Rusia ke Ukraina. Menyikapi kondisi itu, Roscosmos menarik semua stafnya keluar dari pelabuhan antariksa Eropa di Guyana Prancis.
Dengan demikian secara efektif menghentikan semua peluncuran menggunakan pesawat ruang angkasa milik Rusia, Soyuz, karena sanksi Eropa terhadap Rusia.
Misi ExoMars dijadwalkan akan meluncur pada September 2022. Diperkirakan mencapai Mars pada Juli 2023, dikutip Space News.
Misinya adalah mempelajari geokimia Mars dengan tujuan akhir untuk menjawab salah satu pertanyaan terbesar Tata Surya: apakah pernah ada kehidupan di Mars?
Untuk saat ini, sepertinya rencana itu tidak ada artinya. Namun, masih ada secercah harapan bagian-bagian dari proyek ini akan terus berlanjut meskipun ada guncangan yang signifikan.
Josef Aschbacher, Direktur Jenderal ESA telah memberikan lampu hijau untuk melakukan 'studi industri jalur cepat' untuk melihat apakah ada cara lain melanjutkan misi ExoMars tanpa Roscosmos.
Sementara itu, Dmitry Rogozin, Direktur Jenderal Roscosmos, merilis pesan di Telegram. Ia mengatakan Rusia juga akan melanjutkan setengah dari misi mereka tanpa 'teman-teman Eropa'.
"Karya ribuan spesialis dicoret dengan tanda tangan beberapa birokrat Eropa. Sangat disayangkan," tuturnya dikutip IFL Science.