BRIN Soal Pawang Hujan MotoGP Mandalika: Ilmu Tak Bisa Dipahami Nalar

CNN Indonesia
Selasa, 22 Mar 2022 08:40 WIB
BRIN menjelaskan konsep pawang hujan merupakan ilmu yang dibangun ketika manusia percaya mitologi untuk memahami alam semesta.
Pawang hujan di MotoGP Mandalika. (AFP/SONNY TUMBELAKA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) angkat bicara soal adanya pawang hujan saat balapan MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, Minggu (20/3). Peneliti Klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengatakan ilmu yang digunakan pawang hujan tidak bisa dipahami secara nalar.

Menurutnya konsep pawang hujan merupakan ilmu yang dibangun pada zaman ketika manusia mempercayai konsep mitologi untuk memahami alam semesta.

"Dengan demikian mitologi sangat membantu kala itu," ujarnya kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (21/3) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya di Indonesia saja, Erma menjelaskan metode pawang hujan juga pernah ada di Jepang. Hal ini digunakan lantaran manusia saat itu masih keterbatasan ilmu, keterbatasan pemahaman, dan keterbatasan rasionalitas untuk memahami ilmu alam.

Sementara, kata Erma, ilmu cuaca sangat berkembang, apalagi 100 tahun terakhir. Perkembangan yang luar biasa itu didukung teknologi dan komputasi, maka manusia perlahan sudah mulai meninggalkan pawang hujan.

Meski begitu, ia menjelaskan sebagian masyarakat di Indonesia saat ini belum secara total bergeser dari tradisi mitlologi ke keilmuan, sehingga masih percaya pada mitologi atau mitos tersebut.

Ia menampik jika pawang hujan ada relevansinya dengan sains. Menurutnya ilmu sains dibangun oleh satu metode yang mutlak secara ilmiah, dan bisa ditiru oleh siapapun.

Sedangkan metode pawang hujan tak bisa ditiru pihak manapun dan hanya bisa dilakukan orang tertentu saja. Dengan demikian secara keilmuan pawang hujan tidak bisa dipahami nalar.

"Nah kalau pawang hujan kan engga kaya gitu, secara ilmu yang tidak bisa dipahami oleh nalar," tuturnya.

Sebelumnya, balapan MotoGP di Mandalika sempat mengalami penundaan selama 75 menit dari jadwal karena hujan deras. Balapan akhirnya dimulai pukul 15.15 WIB setelah hujan reda.

Rara atau Raden Roro Istiati Wulandari jadi perbincangan lantaran disebut sebagai pawang hujan yang berhasil membuat hujan reda hingga akhirnya balapan MotoGP bisa diputuskan jadi digelar.

Mandalika Grand Prix Association (MGPA) yang mempekerjakan Rara memberi tenda khusus di area sirkuit.

Ketika beraksi di dalam sirkuit, Rara menggunakan mangkok emas. Rara memutar-mutarkan dan memukulkan pengaduk pada mangkok emas, ia juga melafalkan doa. Dia terlihat beraksi selama setengah jam, di pinggiran Sirkuit Mandalika.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER