BMKG Jelaskan Penyebab Fenomena Hujan Es di Yogyakarta

CNN Indonesia
Senin, 28 Mar 2022 20:08 WIB
Fenomena hujan es terjadi disebabkan adanya awan Cumulonimbus (CB) yang sangat besar dan padat.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Farid)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab terjadinya hujan es di beberapa wilayah di Kabupaten Seleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Senin (28/3).

Kepala Bidang Diseminasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, mengatakan, fenomena hujan es terjadi disebabkan adanya awan Cumulonimbus (CB) yang sangat besar dan padat.

"Pada awan ini terdapat 3 macam partikel (butir air, butir air super dingin, dan partikel es). Sehingga hujan lebat yang masih berupa partikel padat (es/hail) dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) tersebut," ujar Hary kepada CNNIndonesia.com lewat pesan teks, Senin (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan biasanya awan Cb bentuknya berlapis - lapis dan seperti bunga kol. Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi, yang akan cepat berubah warna menjadi abu - abu atau hitam.

Pada awan Cb ada beberapa proses pembentukan dan pertumbuhan, seperti adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat, dikenal dengan istilah Strong Updraft and Downdraft di dalam awan Cb.

"Pergerakan massa udara naik yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dimana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es," pungkasnya.

Kemudian kata Hary, partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses Up draft dan Down draft, hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.

Ketika butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya, sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan es.

Kemudian, dijelaskan Hary adanya proses lapisan yang tingkat pembekuan lebih rendah atau dikenal dengan istilah Lower Freezing Level.

Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.

"Hal inilah menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna," tutur Hary.

Hary mengatakan di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4 sampai 5 kilometer di atas permukaan laut.

Sifat-sifat fenomena hujan es

Lebih lanjut Hary menjelaskan sifat-sifat fenomena hujan es yang biasa terjadi di Indonesia.

Menurutnya, hujan es biasanya bersifat sangat lokal, luasnya berkisar 5-10 kilometer. Terjadi berkisar kurang dari 10 menit.

Kemudian, hujan es sering terjadi pada peralihan musim atau pancaroba. Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.

Ia mengatakan hujan es tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 - 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda - tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen.

Lebih lanjut menurutnya, hujan es hanya berasal dari awan Cb, meskipun tidak semua awan Cb menimbulkan hujan es.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER