Kehadiran bos Tesla, Elon Musk, di jajaran direksi Twitter menimbulkan kerisauan bagi para karyawan terutama dalam hal kebijakan kebebasan berpendapat. Akun provokatif seperti mantan Presiden AS Donald Trump pun dikhawatirkan kembali.
Sebelumnya, Musk membeli 9,2 persen saham Twitter dan menjadikannya sebagai pemegang saham individu terbesar. Ia pun masuk jajaran direksi dan mulai berkicau soal rencana sunting unggahan.
Sejumlah politikus pun meminta Musk, yang sejak lama mengklaim dirinya sebagai "penganut kebebasan berbicara", menyerukan kembalinya akun Trump ke platform tersebut.
Facebook dan Twitter diketahui memblokir akunnya setelah dianggap memicu kerusuhan dalam penetapan suara Pilpres 2020 AS di Washington, 6 Januari 2021.
"Sekarang @ElonMusk adalah pemegang saham terbesar Twitter, saatnya untuk mencabut sensor politik. Oh... dan BAWA KEMBALI TRUMP!," kicau anggota Kongres dari Partai Republik Lauren Boebert, Senin (4/4).
Dikutip dari Reuters, Twitter menegaskan jajaran direksi tidak membuat keputusan terkait kebijakan ini. Namun, empat karyawan Twitter yang berbicara kepada Reuters mengatakan mereka khawatir Musk dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan tentang pengguna yang berlebihan dan konten berbahaya.
Dengan bergabungnya Musk ke direksi, para karyawan risau kebijakan Twitter untuk menjadi tempat bercakap yang sehat yang telah lama dibangun akan runtuh dan berganti pola menjadi tempat provokasi.
Sang karyawan, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, merujuk pada sejarah Musk menggunakan Twitter untuk menyerang pihak lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2018, Musk menuduh seorang penyelam Inggris yang telah membantu menyelamatkan anak-anak yang terperangkap di sebuah gua di Thailand sebagai seorang pedofil.
Sempat dilaporkan, ia memenangkan gugatan kasus pencemaran nama baik penyelam tersebut pada 2019.
Musk sendiri sebelumnya mengomentari keputusan pemblokiran Donald Trump dengan menyebut banyak orang tidak akan senang pada perusahaan teknologi AS yang melarang kebebasan berbicara penggunanya.
Terlepas dari itu, bos SpaceX ini belum menyatakan secara jelas apa yang akan dilakukannya setelah bergabung dengan direksi Twitter selain jajak pendapat tentang fitur edit.
Menanggapi kekhawatiran ini, juru bicara Twitter mengulangi pernyataan pada Selasa (5/4) dengan mengatakan direksi memainkan "peran penasehat dan memberi umpan balik penting" di seluruh layanannya.
Namun, operasional dan keputusan harian dibuat oleh manajemen dan karyawan Twitter.
"Twitter berkomitmen untuk tidak memihak dalam pengembangan dan penegakan kebijakan dan aturannya," kata juru bicara Twitter.
Meski demikian, sejumlah karyawan yang berbicara dengan Reuters tidak begitu yakin tentang komitmen perusahaan terhadap hal ini.
"Saya merasa sulit untuk percaya (direksi) tidak memiliki pengaruh," kata seorang staf Twitter, "Jika itu masalahnya, mengapa Elon menginginkan kursi direksi?".
Namun, ada juga sejumlah karyawan yang mengatakan keterlibatan Musk dapat membantu mempercepat langkah peluncuran fitur dan produk baru, dan memberikan perspektif baru sebagai pengguna aktif Twitter.