Ahli Ungkap Akun-akun Pemakai 'Cebong-Kampret', Polarisasi pun Terjaga

CNN Indonesia
Senin, 18 Apr 2022 07:31 WIB
Drone Emprit menemukan sejumlah akun yang rajin menggaungkan terminologi kampret, cebong, yang disebut kian melanggengkan polarisasi.
Ilustrasi. Polarisasi di dunia maya terkait cebong-kampret dipelihara oleh sejumlah akun. (Foto: Istockphoto/ZargonDesign)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar media sosial Ismail Fahmi mengungkap aktor-aktor yang kerap melontarkan istilah 'cebong-kampret' di Twitter. Menurutnya, hal itu kian melanggengkan polarisasi.

Nama-nama yang dianggap menjadi aktor dibalik istilah cebong-kampret ditemukan lewat penelitiannya di aplikasi Drone Emprit. Metodenya, pemantauan dan analisis media sosial berbasis big data terhadap 14 juta percakapan di Twitter selama tujuh tahun, 1 Juli 2015 sampai sekarang.

Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa lima pemengaruh atau influencer paling sering menggunakan istilah 'cebong'. Mereka adalah @RestyCayah, @TanYoana, @RajaPurwa, @anonLokal dan @ekowBoy.

Cebong adalah julukan yang disematkan kepada para pendukung Presiden Joko Widodo. Istilah tersebut diduga terinspirasi dari kodok yang dilepas Jokowi di kolam Istana Bogor pada 3 Januari 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, lanjut Ismail, akun yang terdeteksi sering menggunakan istilah 'kampret' dalam penelitiannya antara lain @ch_chotimah, @Dennysiregar7, @laskar_minang, @TheArieAir dan @p3nj3l4j4h.

Kampret sendiri adalah julukan balasan kepada para pendukung lawan Jokowi, terutama capres 2019 Prabowo Subianto dan kalangan oposisi pemerintah, yang diberikan oleh para 'cebong'.

Ismail juga membeberkan top 60 akun lain di Twitter yang kerap menggunakan istilah cebong dan kampret dalam setiap cuitannya.

Di luar itu, ada istilah 'kadrun', yang merupakan kependekan dari kadal gurun untuk merujuk ke klaster yang kontra Jokowi. Ismail menjelaskan istilah kadrun juga merujuk pada pendukung Prabowo.

Dia mengatakan istilah kadrun pertama kali bukan dibuat oleh @kebo_mangkrak dan @Manuputty1101 pada Januari 2018. Istilah tersebut kemudian banyak digunakan oleh akun @SiharMHSitorus.

Pasca-Pilpres 2019, istilah Kadrun masih kerap dipergunakan oleh kluster pendukung Jokowi. Lima pemengaruh yang aktif menggunakan istilah ini adalah @DennySiregar7, @ChusnulCh_ @ch_chotImah, @AnakKolong_ dan @Chandraasmara85.

"Total terdapat 354 ribu lebih akun yang aktif dalam percakapan me-mention 'kardun'. Akun dengan follower 0-3 sebanyak 123,74 persen. Ada 45 akun dengan follower 1 juta lebih," sebut Ismail.

Meski Pilpres 2019 sudah berakhir dengan kemenangan Jokowi dan Prabowo menjadi bagian dari Pemerintah, istilah-istilah itu masih terus digunakan. Ismail menyebut hal ini kian melanggengkan polarisasi.

"Semakin sering panggilan-panggilan ini disebutkan, semakin polarisasi jadi besar dan terus terjaga," ungkap Ismail.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengatakan polarisasi tak akan hilang sekalipun Prabowo dan Sandiaga sudah masuk dalam barisan koalisi Jokowi. Usai populer dengan dikotomi cebong-kampret, ia menyebut julukan terkait polarisasi berkembang menjadi kadrun-togog.

"Polarisasi politik di Indonesia bukan berdasarkan partai, atau berdasarkan tokoh. Jadi kalaupun tokohnya melebur, polarisasi tetap ada," ujarnya, Rabu (23/12/2021)

Polarisasi yang terjadi saat ini cenderung muncul dengan wujud yang lebih emosional, saling mengklaim paling benar. Kunto mengatakan polarisasi ini juga bisa dimanfaatkan sejumlah pihak untuk membawa kepentingan pribadi maupun kelompok.

"Polarisasi di Indonesia itu polarisasi afektif yang berdasarkan perasaan, lebih emosional. Karena sudah terpolarisasi secara kelompok, identitas kelompok yang sudah dimunculkan akhirnya memproduksi terus menerus," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(ttf/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER