Mengenal Ikan Iblis Merah, si Rakus yang Mulanya Berstatus Ikan Hias

CNN Indonesia
Sabtu, 23 Apr 2022 10:09 WIB
Ikan iblis merah disebut berkategori omnivora-karnivora yang menghabiskan semua penghuni ekosistem perairan mulai dari moluska hingga ikan lainnya.
Ikan iblis merah dianggap membahayakan perairan karena memangsa ikan-ikan lokal. (Foto: commons.wikimedia.org/George Chernilevsky/Public Domain)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ikan iblis merah atau red devil fish (Amphilophus labiatus) yang tengah meresahkan nelayan di Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut) disebut sebagai predator yang rakus hingga membuat populasi ikan endemik menipis.

Spesies ini mulanya berasal dari wilayah Amerika Tengah dan sebagian dari Asia. Awalnya ikan ini masuk ke Indonesia sebagai ikan hias yang dijual dengan harga yang cukup mahal.

Di beberapa daerah di Indonesia, penyebutan ikan ini bermacam-macam. Di antaranya ikan oscar, setan merah, louhan merah dan nonong.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia disebutkan red devil merupakan jenis ikan yang sangat rakus, sehingga bisa mengganggu kehidupan ikan lain di suatu perairan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chairulwan Umar, Endi Setiadi Kartamihardja, dan Aisyah ini juga mengungkap awal mula ikan ini akhirnya banyak tersebar di sejumlah perairan di Indonesia.

Menurut tim peneliti, ikan iblis merah masuk ke perairan umum tidak disengaja atau lolos dari keramba jaring apung yang terbawa bersamaan dengan benih yang ditebar.

Peneliti mencatat red devil fish masuk ke Indonesia sekitar 1990-an, dibawa dari Malaysia dan Singapura, disebar di beberapa waduk buatan di Indonesia.

Selain itu peneliti juga menemukan bahwa red devil sengaja dilepaskan di ekosistem perairan di Indonesia oleh para penggemar ikan hias. Pelepasan ikan ke perairan umumnya tanpa pengkajian, akibatnya ikan tumbuh dengan cepat dan melimpah hingga mendominasi perairan tersebut.

Para peneliti menilai perlunya kajian yang mengungkap seberapa besar dampak dari penyebaran ikan pada keanekaragaman sumberdaya ikan di perairan, dan faktor yang mempengaruhinya.

Ikan yang awal mulanya ditemukan di Nikaragua dan Costa Rica ini, bisa hidup di perairan tropis dengan suhu air 21 sampai 26 derajat celcius, dengan kandungan pH sekitar 6.0-8.0.

Red devil hidup di daerah permukaan dan teritorial di suatu perairan. Ikan ini juga disebut mudah berkembang biak karena betina bisa mengeluarkan ribuan telur, dan dapat bertelur sepanjang tahun.

Berdasarkan hasil analisis tim peneliti, red devil memakan tumbuhan, moluska dan ikan. Dengan demikian ikan ini masuk dalam kategori omnivora-karnivora yang memanfaatkan ikan sebagai pakan utama, sehingga mampu mendesak perkembangan jenis ikan lainnya yang ada di perairan itu.

Sebelumnya ikan red devil meresahkan nelayan di Danau Toba lantaran dianggap menghasilkan populasi ikan endemik menurun.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumut Zeira Salim Ritonga menduga ada yang sengaja melepasliarkan ikan buas itu ke Danau Toba.

Zeira meminta dinas perikanan untuk membasmi ikan red devil itu, supaya ikan nila, ikan mas dan ikan habitat asli di Danau Toba tidak terganggu, dan tidak merugikan nelayan.

(can/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER