Alasan Nyamuk Lebih Tertarik pada Manusia daripada Hewan
Peneliti menjelaskan alasan nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik pada manusia dibanding hewan. Berdasarkan penelitian, itu semua disebabkan molekul aroma dari manusia berbeda dari makhluk lainnya.
Studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada Rabu (4/5) mengatakan nyamuk Aedes aegypti berevolusi untuk mengincar manusia hanya dengan mengandalkan molekul aroma.
Nyamuk itu disebut bisa membedakan molekul aroma manusia dengan makhluk lain yang berada dalam satu lingkungan.
Bau manusia terdiri dari berbagai campuran senyawa yang juga terdapat pada sejumlah mamalia dalam rasio berbeda.
Sehingga, peneliti menggunakan berbagai bagian, seperti rambut, bulu, wol dari manusia dan hewan demi membandingkan secara detail senyawa yang memicu ketertarikan nyamuk.
"Nyamuk menggunakan pusat otak untuk mendeteksi dua bahan kimia, dekanal dan undekanal, yang memiliki sedikit bau jeruk dan diperkaya bau manusia," bunyi laporan tersebut.
Hasil tersebut diperoleh setelah peneliti gabungan dari Universitas Princeton di Amerika Serikat (AS) menggunakan pendekatan canggih untuk menggambarkan proses kerja otak nyamuk sehingga bisa mengetahui cara hewan itu mengenali mangsanya.
Para peneliti berusaha memahami campuran komponen-komponen di udara yang digunakan nyamuk untuk mengenali bau manusia. Otak nyamuk memiliki 60 pusat saraf yang disebut glomeruli. Peneliti beranggapan sebagian besar dari itu membantu menemukan makanan 'favorit.'
Sehingga, mereka merekayasa nyamuk secara genetik untuk membuat otaknya menyala, kemudian mengirimkan 'rasa' manusia dan hewan lain ke udara.
"Kami mencoba memahami bagaimana nyamuk membedakan bau manusia dan hewan, baik dalam tanda-tanda yang dikenal sebagai bau manusia maupun bagian otak yang memungkinkan mereka menangkap sinyal tersebut," kata Carolyn McBride, asisten profesor ekologi dan biologi evolusioner dan ilmu saraf, seperti diberitakan The Independent beberapa waktu lalu.
"Kami seperti menyelami otak nyamuk dan bertanya, 'Apa yang bisa kamu cium? Apa yang ditangkap otakmu? Apa yang mengaktifkan neuronmu? Dan bagaimana otak kamu diaktifkan secara berbeda ketika Anda mencium bau manusia versus bau binatang?," tambahnya.
Awalnya, peneliti menduga otak nyamuk memiliki teknik canggih untuk membedakan manusia dari hewan. Namun, penelitian membuktikan kenyataan lebih sederhana daripada yang diperkirakan.
"Ketika melihat aktivitas otak (nyamuk), saya tidak percaya bahwa hanya dua glomeruli yang terlibat," kata Zhilei Zhao, salah satu penulis studi tersebut.
Oleh sebab itu, para peneliti berkesimpulan nyamuk telah berevolusi sehingga bisa membedakan aroma manusia dari hewan.
"Bagi saya, ini adalah kisah evolusi: jika kami membuat uji statistik untuk membedakan bau manusia, itu akan menjadi sangat kompleks, tetapi nyamuk melakukan sesuatu yang sangat sederhana, dan sederhana biasanya bekerja dengan cukup baik, dalam hal evolusi," ujar McBride.
Nyamuk Aedes aegypti selama ini dikenal sebagai penyebab penyakit Zika, demam beradarah dan demam kuning.
(lom/chri)