Tahun ini, proses migrasi dari televisi (TV) analog ke digital telah dimulai. Ke depannya, masyarakat Indonesia akan menyaksikan tayangan TV dengan gambar bersih dan suara jernih, yang didapat berkat kecanggihan digital.
Secara umum, tayangan TV merupakan perkembangan dari komunikasi, di mana esensi komunikasi berupa pertukaran informasi antar pihak. Informasi itu sendiri bisa berupa gambar, suara, atau data.
Proses komunikasi tersebut lantas berkembang dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Sebut saja, penyiaran radio usai ditemukan cara menggunakan gelombang radio (radio wave) untuk transmisi data, sebelum televisi menjadi salah satu piranti elektronik yang ada di kebanyakan rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rilis resmi menyatakan, teknologi penyiaran analog yang masih mendominasi akan diganti dengan teknologi digital yang lebih 'pintar', misalnya terkait efisiensi dalam pengemasan dan membawa data hingga sampai ke tujuan. Hal itu dilakukan menggunakan prinsip teknologi digital, yakni mengubah atau mengemas data menjadi denyutan (pulse).
"Data atau informasi, dalam hal ini berupa gambar dan suara diubah atau dikemas dalam susunan digit atau angka 0 dan 1. Angka 0 dan 1 mewakili ada atau tidak adanya pulsa atau denyutan atau muatan. Angka 1 berarti ada muatan (denyut atau pulse), 0 berarti tidak ada," demikian keterangan dari Tim Komunikasi Publik Migrasi TV Digital Kemenkominfo.
Secara teknis, angka 0 dan 1 itu disebut sebagai kode biner atau Hexa. Angka 0 dan 1 tersebut menyerupai ke-26 abjad, atau 7 not dalam tangga nada. Pada teknologi penyiaran analog, data yang hendak disiarkan dikemas dalam rupa modifikasi seperti mengatur atau mengubah amplitudo, frekuensi, atau phase (sudut) sinyal.
Data berbentuk perubahan amplitudo, frekuensi, atau phase itu membutuhkan 'tenaga' besar agar tetap konsisten. Namun, pada prakteknya pengemasan data itu kerap mengalami banyak gangguan, mulai cuaca hingga kondisi fisik permukaan bumi. Hal ini membuat penyiaran analog memerlukan dukungan berupa menara pemancar yang menjaga konsistensi dan kekuatan transmisi kualitas data.
Di sini, teknologi digital menjadi lebih unggul. Salah satu kelebihan utama adalah siaran berteknologi digital minim gangguan. Meski terjadi gangguan, hal itu dapat dikoreksi dengan cepat.
Data yang diubah dalam bentuk pulse akan mempermudah transmisi, karena lebih ringan. Selain itu, pengkodean yang lebih sederhana dibandingkan modifikasi amplitudo, frekuensi, atau phase juga mempermudah koreksi terhadap gangguan.
Nilai unggul TV digital berikutnya, adalah keringkasan pengemasan, serta kemudahan transmisi data berjumlah besar dalam tempo cepat. Artinya, data berkualitas tinggi mencakup gambar bersih, suara jernih akan ditransmisikan menggunakan teknologi digital dengan mudah dan lancar.
Menggunakan TV digital akan memberi pengalaman menonton yang lebih menyenangkan, nyaman di mata dan telinga. Untuk mendapatkan siaran TV digital, masyarakat hanya perlu menambahkan Set Top Box (STB), bukan pesawat televisi yang sudah dimiliki. Ketika TV analog terkoneksi dengan STB, penonton dapat langsung menyaksikan tayangan digital.
(rea)