Sejumlah peneliti dari Robert Koch Institute, Jerman menemukan dua genom parsial dan satu genom lengkap dari virus influenza A H1N1 yang menyebabkan flu Spanyol pada 1918.
Flu Spanyol seperti diketahui pernah menjadi pandemi yang menggemparkan dunia. Setidaknya 50 hingga 100 juta orang meninggal dunia akibat pandemi tersebut.
Melansir IflScience, Rabu (11/5), para peneliti tersebut mendapatkan tiga genom itu usai menganalisa 13 spesimen paru-paru dari korban pandemi flu Spanyol. Sebanyak 13 spesimen itu berasal dari Jerman antara 1900 hingga 1931.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penelitian para ilmuwan Jerman ini sudah dipublikasikan pada Senin (10/5) di Nature.com dengan judul "Archival influenza virus genomes from Europe reveal genomic variability during the 1918 pandemic".
Dalam penelitiannya, para ilmuwan menggunakan metode molecular clock modeling. Metode itu membuat skala waktu evolusi bisa diestimasi.
Studi dari para peneliti Jerman ini berhipotesis bahwa flu musiman yang disebabkan H1N1 setiap tahun disebabkan virus yang sama yang merupakan keturunan dari penyebab pandemi flu Spanyol 1918.
"Pandemi 1918 menyebabkan berdampak kepada setengah dari populasi manusia dan membunuh 50 hingga 100 juta jiwa," kata Sebastien Calvignac-Spencer yang merupakan salah satu periset studi ini.
"Tetapi ketika kami memulai studi ini, hanya ada 18 spesimen dari urutan (sequences) yang tersedia dan hanya ada dua genom lengkap, yang sebagian besar berasal dari Amerika serikat," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, studi yang sama juga menemukan, pandemi flu Spanyol 1918 datang dalam beberapa gelombang seperti Covid-19. Namun, virus tersebut tidak memunculkan varian baru.
Akan tetapi, virus yang menyebabkan flu Spanyol memiliki kemampuan beradaptasi untuk menginfeksi tubuh manusia kala itu. Pandemi flu Spanyol yang disebabkan virus itu diikuti pandemi flu Rusia 1977 dan pandemi flu babi 2009.
(nto/mik)