Sebanyak 19 anak tewas setelah menjadi korban penembakan di sekolah dasar Robb di Uvalde, Texas, Amerika Serikat, Selasa (24/5) siang waktu setempat. Pelaku penembakan bernama Salvador Ramos yang masih berusia 18 tahun.
Peristiwa penembakan itu pun disebut menjadi yang paling tragis di AS dalam satu dekade terakhir. Sebelum insiden ini, ada insiden di Sandy Hook Elementary School pada 14 Desember 2012 yang menewaskan 26 orang, 20 di antaranya anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir CNN, pelaku penembakan di Uvalde diduga menggunakan senapan berjenis AR-15. Hal itu diketahui lewat unggahan dalam Instagram Stories dari akun 'salv8dor' yang diduga terafiliasi dengan pelaku. Beberapa rekan satu kelas pelaku mengonfirmasi akun tersebut memang milik Salvador Ramos.
AR15 sendiri merupakan senapan favorit di AS. Melansir NBC News, senapan ini populer karena dianggap menjadi simbol nilai-nilai Amerika seperti kebebasan, kekuasaan, dan kemandirian.
"Ada beberapa hal yang menjadi lambang dari performa dan fungsi yang hebat serta tampilan yang luar biasa," ujar Daniel Chandler, salah seorang pemilik AR15.
Pada 2016, penjualan AR-15 sempat meroket. Beberapa penjual senapan di AS menilai, pembeli terpincut senapan itu karena kerap digunakan dalam beberapa kejahatan.
![]() |
AR-15 merupakan senapan semi-otomatis yang dikembangkan pada akhir 1950an. Senapan tersebut dikembangkan oleh mantan anggota marinir AS, Eugene Stoner.
Nama AR diambil dari tempat bekerja Stoner yakni ArmaLite. AR-15 memang didesain sebagai senapan untuk masyarakat sipil, memiliki bobot ringan serta perawatan yang mudah.
Senapan ini kemudian dipatenkan oleh Colt dan dikembangkan untuk prajurit pada perang di Vietnam pertengahan 1960an.
Pada 1980an AR-15 untuk masyarakat sipil mulai diproduksi setelah patennya kedaluwarsa. Beberapa perusahaan pun mulai memproduksinya sehingga membuat kepemilikan AR-15 menjadi umum.
AR-15 kemudian mendapat reputasi menyeramkan lantaran diduga kerap digunakan dalam beberapa peristiwa penembakan masal seperti di Aurora, Colorado; Newtown, Connecticut; San Bernardino, California; Sutherland Springs, Texas; Las Vegas dan Parkland, Florida.
Total 154 orang tewas dalam insiden-insiden itu.
Bobot yang ringan tak lantas membuat dampak AR-15 bisa dianggap sepele. Sebaliknya, peluru yang dilesatkan moncongnya bisa berdampak sangat fatal bagi tubuh manusia.
Itu lantaran kecepatan pelurunya yang luar biasa. Selain itu, proyektil peluru AR-15 juga akan pecah jika melewati tubuh manusia.
"Peluru yang meluncur dari moncong yang lebih tinggi, jika itu mengenai organ tubuh akan membuat Anda mengalami beberapa luka, berdarah dan mati daripada peluru yang meluncur dari moncong yang rendah," kata Donald Jenkins dari University of Texas Health Science Center.
(lth/lth)