Udara Jakarta Terburuk Sedunia saat Rutin Hujan, Apa Hubungannya?

CNN Indonesia
Rabu, 15 Jun 2022 16:45 WIB
Kualitas buruk udara di Jakarta, Rabu (15/6), disebut dipengaruhi oleh kelembapan udara yang tinggi yang bisa mengumpulkan polutan.
Ilustrasi. Kualitas udara Jakarta pada Rabu (15/6) menjadi yang terburuk di seluruh dunia (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab kualitas udara Jakarta Rabu (15/6) terburuk peringkat satu dunia.

Koordinator Bidang Informasi Kualitas Udara BMKG Budi Setiawan mengatakan kondisi ini utamanya dipengaruhi oleh tingginya kelembapan udara yang ditandai dengan hujan yang turun di wilayah jakarta pada malam hingga dini hari selama beberapa hari terakhir.

"Kelembaban udara yang tinggi di malam hingga dini hari dapat menyebabkan suhu udara di lapisan udara dekat permukaan bumi menjadi lebih dingin dibandingkan dengan lapisan udara di atasnya," kata Budi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (15/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan karakteristik udara Jakarta umumnya akan mendingin dan lebih berat karena hujan. Ketika udara permukaan tidak dapat naik ke lapisan di atasnya, maka PM 2.5 menjadi terakumulasi di dekat lapisan permukaan dan terukur memiliki konsentrasi yang meningkat.

Menurutnya, kondisi semacam ini akan memicu penumpukan polutan di awan pada pagi hari.

PM 2.5 sendiri adalah polutan berbentuk debu, jelaga, asap berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron. Partikel udara ini terbentuk di atmosfer karena reaksi kimia, misalnya, sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang berasal dari pembuangan gas kendaraan bermotor dan industri.

"Kalau kita cermati biasanya jika dalam beberapa hari ada hujan, kondisinya itu akan menyebabkan semacam akumulasi polutan [di awan] pada pagi hari, yang menyebabkan langit itu kelihatan seperti kabut, contohnya PM 2.5 itu kelihatan seperti kabut," urainya.

"Ini kelihatan mendung, padahal itu sebenarnya polutan udara yang terakumulasi," tambah Budi.

Berdasarkan pantauan BMKG soal kategori udara di Jakarta hari ini, Budi menyebut itu termasuk dalam kategori tidak sehat. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri KLHK No. 14 tahun 2020, yang bisa berdampak pada kesehatan.

"Hasil pemantauan konsentrasi PM2.5 dari BMKG, khususnya pada hari ini, berada pada level di atas 100 mikrogram per meter kubik dan berada pada kategori tidak sehat," ujarnya.

Budi juga mengimbau kepada semua masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, mencegah gangguan pernapasan dan kardiovaskular yang sensitif terhadap peningkatan konsentrasi polutan udara.

Sebelumnya, berdasarkan situs AQ Index, Indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) kualitas udara di DKI Jakarta berada di angka 182 US AQI, dengan PM 2.5 sebesar sebesar 118 mikrogram per kubik dan PM 10 sebesar 20,6 mikrogram per kubik.

Empat wilayah di Jakarta dilabeli ungu atau masuk kategori kualitas udara sangat tidak sehat. Yakni, Gading Harmoni, Jalan Pasir Putih II, TJ Depo Pesing, dan Wisma Matahari Power.

"Konsentrasi PM 2.5 di udara Jakarta saat ini 23.6 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO)," demikian pernyataan di situs IQAir.

Penyebabnya, selain populasi, adalah polusi dari kendaraan yang menghasilkan gas polutan seperti nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.

"Ketika bahan bakar batu bara dan fosil lainnya dibakar untuk energi, polusi dalam jumlah besar lepas ke atmosfer, di mana gas seperti karbon monoksida (CO), karbon hitam, ozon (O3), dan komponen rentan organik (VOC) adalah penyumbang terbesar dari emisi," demikian tertulis dalam situs tersebut.

(can/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER