Selama lebih dari 10 bulan pada 1999 dan 2000, ia melakukan eksperimen untuk menentukan manfaat apa yang diperoleh tanaman dengan menyimpan burung mati di dalam batangnya.
Anehnya, Burger menemukan benih yang tumbuh di dekat bangkai burung tampaknya tidak bertahan lebih baik, sehingga tampaknya bangkai itu tidak terlalu menguntungkan Pisonia.
Selain itu, pohon menerima jauh lebih banyak pupuk dari kotoran burung, yang menunjukkan mereka jauh lebih berharga bagi pohon yang masih hidup daripada yang mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, Burger menemukan dengan mencelupkan benih sesekali di air laut selama empat minggu, mereka masih berkecambah.
Dari sini ia menyimpulkan benih Pisonia mungkin berevolusi untuk menumpang burung laut hidup, tetapi kadang-kadang membunuh beberapa burung.
"Membiarkan burung hidup tampaknya menjadi kunci penyebaran, tetapi konsekuensi yang tidak menguntungkan dari benih yang sangat lengket, dan menghasilkan banyak benih dalam kelompok, adalah beberapa burung terjerat secara fatal," kata Burger kepada The Washington Post.
Serial dokumenter BBC, David Attenborough Planet Earth II memiliki segmen yang membahas tentang pohon penangkap burung.
Hasilnya terbilang mengejutkan karena setiap perilaku atau sifat makhluk hidup di alam perlahan berevolusi untuk menyelamatkan diri, sesuai dengan tujuan tertentu.
Di Indonesia sendiri, Pisonia Grandis diketahui tumbuh di Kawasan konservasi cagar alam Wijayakusuma, Cilacap, Jawa Tengah. Namun, populasinya masih sedikit.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Cilacap, dikutip dari detikcom, melakukan berbagai cara untuk memperbanyak spesies yang dianggap keramat oleh sejumlah masyarakat Jawa.
Pohon ini disebut hanya tumbuh di dua pulau karang kawasan Nusakambangan itu, yakni Pulau Majeti dan Pulau Wijayakusuma.