Bulan akan masuk line-up 'subuh indah' bersama 5 planet dalam fenomena langka yang disebut konjungsi multiplanet hingga 27 Juni.
Jajaran lima planet itu beraturan sesuai dengan urutan mereka mengelilingi Matahari, yakni Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus di langit subuh. Terakhir kali fenomena serupa terjadi pada 5 Maret 1864 atau 158 tahun lalu.
Parade planet yang langka itu akan terlihat lebih baik di paruh kedua Juni, di mana Bulan akan bergabung dalam jajaran. Bulan yang merupakan satelit Bumi itu melengkapi urutannya di konjungsi mulai 18 Juni. Bulan akan berada di enam derajat sebelah kanan lebih rendah dari Saturnus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip space.com, pada fase ini bulan akan tampak terang pada sebagian besarnya (gibbous moon). Sementara, beberapa bagian Bulan akan terlihat gelap.
Ia akan berpindah 5 derajat lebih rendah di sebelah kanan Jupiter pada 21 Juni. Di fase ini, Bulan akan tampak setengahnya.
Jika memiliki teleskop, Anda bisa melihat satelit milik Jupiter yakni bulan Galilea (Galilean Moons). Berbeda dengan Bumi, Jupiter memiliki empat bulan sebagai satelit. Sehari berikutnya, Bulan kembali bergerak 5 derajat ke sebelah kanan Mars.
Pada 23-25 Juni, bulan sabit akan muncul di antara Mars dan Venus. Bulan akan terus melengkapi deretan lima planet tersebut hingga akhirnya menemani Merkurius pada 27 Juni.
Saat terbaik untuk melihat deretan Bulan beserta lima planet tersebut ada pada Jumat (24/6).
Pada tanggal tersebut, Merkurius akan terbit sekitar satu jam sebelum terbitnya Matahari. Mengutip Sky and Telescope, Anda bisa menyaksikan fenomena deretan lima planet beserta Bulan selama satu jam.
Bulan sabit pun akan tampak sebagai bonus di antara lima planet tersebut.
Setelah tanggal 27 Juni, Bulan akan hilang dari deretan lima planet tersebut. Demikian dikatakan, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang.
"Fenomena ini sampai 30 Juni. Yang tanggal 19-27 Juni disertai dengan Bulan. Kalau dari tanggal 4-19 dan 28-30 Juni tanpa kehadiran bulan," kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/6).
Andi menambahkan, Uranus juga sejatinya bisa disaksikan. Namun butuh alat bantu untuk bisa melakukannya.
"Sementara [untuk melihat] Uranus butuh alat bantu seperti teleskop ataupun binokuler untuk melihatnya," ucap dia.
"Seluruh Indonesia bisa menyaksikan fenomena ini asalkan bebas dari polusi cahaya, medan pandang bebas dari penghalang seperti gedung, pohon, gunung dan sebagainya serta didukung cuaca cerah," lanjut Andi.
(ttf/lth)