Kura-kura dan penyu ternyata masuk ke dalam hewan yang tidak menua dengan cepat. Hal itu diketahui lewat dua studi berbeda yang dibuat para ahli
Studi pertama berasal dari Rita Da Silva, ahli biologi dari Universidade do Porto, Portugal. Rita mempelajari kura-kura dan penyu kemudian mempublikasikan hasil kajiannya dengan judul Slow and negligible senescence among testudines challenges evolutionary theories of senescence.
Ia menulis kajian itu bersama dengan tiga orang rekannya. Hasil studi tersebut di publikasikan di jurnal Science.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Live Science, Rita mengumpulkan 52 spesies kura-kura dan penyu yang hidup di penangkaran. Ia mendapatkan jumlah spesies itu dari perangkat lunak Species 360 Zoological Information Management System. Mereka menemukan, 75 persen spesies menunjukkan tingkat penuaan yang nol atau rendah.
Dalam beberapa kasus, ada tingkat penuaan yang tidak konsisten. Namun di beberapa spesies lainnya tingkat penuaannya konsisten di sekitar nol.
Itu artinya, tingkat penuaan spesies ini sangat lambat.
Beberapa spesies yang konsisten tingkat penuaannya lambat antara lain kura-kura yunani (Testudo graeca), dan penyu rawa hitam (Siebenrockiella crassicolis).
Selain itu, ada juga kura-kura raksasa Aldabra (Aldabrachelys gigantea) yang tingkat penuaannya rendah serta bisa hidup hingga 60 tahun lebih. Ada pula kura-kura Galapagos yang memiliki masa hidup hingga 60 tahun atau lebih.
Di samping studi Rita, ada pula studi lain yang meneliti tingkat penuaan kura-kura dan penyu di alam liar. Semula para ahli itu beranggapan rendahnya tingkat penuaan pada kura-kura karena mereka adalah hewan berdarah dingin.
Namun studi yang ditulis oleh ahli biologi dari Northeastern Illinois University, Beth Reinke dan ekolog David Miller itu justru menemukan hal sebaliknya. Pada beberapa hewan seperti katak, kodok, buaya, dan kadal, tingkat penuaannya tergolong tinggi.
Akan tetapi hal berbeda terjadi di penyu. "Apa yang kami temukan adalah adanya pola yang konsisten pada penyu, yang berarti mereka panjang umur dan tingkat penuaannya sangat rendah," kata Miller dalam studinya berjudul Diverse aging rates in ectothermic tetrapods provide insights for the evolution of aging and longevity.
Selain karena itu, studi ini beranggapan kura-kura juga hidup untuk waktu yang lama karena memiliki tempurung. Itu artinya, mereka bisa berlindung dari para pemangsa.
"Jika banyak hewan dimakan atau mati karena penyakit. Tidak banyak yang bertahan cukup lama untuk mendapatkan manfaat dari jenis proses seluler yang memperlambat penuaan," kata Miller.
Jonathan Tertua
Saat ini, kura-kura bernama Jonathan tercatat sebagai yang tertua di dunia. Mengutip Smithsonianmag, Jonathan yang merupakan kura-kura besar seychelles (Aldabrachelys gigantea hololissa) sudah berusia sekitar 190 tahun.
Jonathan tinggal di pulau St. Helena di Atlantik Selatan. Ia memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang kura-kura dari Madagaskar bernama Tu'i Malila yang berumur 188 tahun namun mati pada 1965.
Jonathan sudah hidup dari tahun 1882 ketika ia diberikan sebagai hadiah kepada Sir William Grey-Wilson. Sejak saat itu, ia tinggal di St. Helena tepatnya di perkebunan milik sang gubernur.
(ttf/lth)