Siap-siap, Bulan Purnama Rusa Bisa Dinikmati di RI Kamis Dini Hari

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jul 2022 16:00 WIB
Full buck supermoon dan alias bulan purnama rusa akan terjadi pada besok dini hari.
Ilustrasi. Fenomena full buck supermoon akan terjadi Kamis (14/7) besok. (Foto: AP/Darko Bandic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena full buck supermoon atau bulan purnama rusa, yang lebih besar dari purnama normal, akan terjadi besok, Kamis (14/7) dini hari.

Peneliti Astronomi Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan Supermoon sendiri merupakan fenomena purnama terdekat. Biasa rata-rata jarak Bumi ke Bulan itu 384.000 kilometer.

Namun, pada saat Supermoon jaraknya lebih dekat dari itu. "Sehingga purnama akan lebih besar dan terang dibandingkan biasanya," ujar Thomas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN, mengungkapkan fenomena full buck supermoon itu dapat disaksikan pada puncaknya pukul 01.57 WIB atau 02.57 WIT atau 03.57 WIT.

"Purnama rusa super berada pada jarak 357.418 kilometer," ujar Andi dikutip situs Edusainsa.

Untuk bisa menyaksikan fenomena astronomi ini, Anda bisa langsung mengarahkan pandangan sesuai arah terbit hingga terbenam Bulan di waktu yang sudah ditentukan.

Menurut Andi, tidak perlu bantuan alat bantu penglihatan seperti teropong bintang untuk menikmatinya, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk foto maupun video yang detil.

Dampak Fenomena Supermoon Full Buck

Sebagaimana halnya fase purnama, kata Andi, fenomena langit ini dapat memicu pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

"Pasang laut ini disebut juga sebagai pasang purnama. Ini karena konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan seharusnya dan mengakibatkan masing-masing gaya diferensial yang ditimbulkan memiliki arah yang sama," katanya.

Arah pada gaya diferensial, lanjut Andi, berjumlah sepasang, menghadap dan membelakangi arah terhadap objek yang menimbulkan gaya pasang laut. Andi pun mengimbau nelayan untuk tidak melaut antara dua hari sebelum dan sesudah puncak fenomena ini.

"Perhitungan ini semata-mata hanya mempertimbangkan faktor Astronomi saja, dan tidak mempertimbangkan gelombang laut akibat badai angin," tandas dia.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER