MEET THE GEEK

Cinta Langit hingga Lupa Daratan ala Andi Pangerang

can | CNN Indonesia
Jumat, 08 Jul 2022 17:25 WIB
Jauh sebelum menjadi peneliti antariksa di BRIN, Andi Pangerang sudah mengagumi langit dan bintang-bintang sejak dini.
Peneliti BRIN Andi Pangerang sudah jatuh cinta kepada astronomi sejak dini. (Foto: Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Andi Pangerang Hasanuddin (29) adalah pemuja langit temaram. Saat menatap angkasa bertabur bintang, dia tak pernah merasa sendiri. Kecintaannya berlanjut pada pernyataan konkret; lomba astronomi, komunitas, hingga menjadi peneliti.

Dia merupakan salah satu peneliti pada Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang dulunya merupakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Sebenarnya bermula dari intensi saya akan bintang-bintang akan langit, langit senja, langit fajar, kalau gerhana memantaunya pakai alat (teropong bintang) sejak kecil," ujar dia, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Kamis (7/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pelajaran di bangku Sekolah Dasar (SD) membantu imajinasinya dengan benda-benda langit. Andi juga mengaku mendapat asupan dari tontonan televisi.

"Kalau saat kecil ada salah satu acara di TVRI Build Night The Science Guy, saat itu membahas fisika dan astonomi. Ada juga acara Pesona Fisika yang menjelaskan juga soal antariksa," ujarnya.

Tak ketinggalan, inspirasi hadir dari beberapa tokoh besar di dunia sains seperti penemu teori relativitas Albert Einstein, pencetus teori kosmologi Stephen Hawking, hingga pengagas teori dawai Michio Kaku.

Ketertarikan terhadap dunia keantariksaan kian menjurus sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Semarang.

Pada 2008, Andi mengikuti olimpiade sains dan astronomi tingkat SMA se-Jawa Tengah mewakili sekolahnya. Meskipun tak duduk di podium pertama, ia masuk 10 besar pada ajang tersebut.

Andi lantas masuk S1 Teknik Elektro di Universitas Dipenogoro (Undip) pada 2009. Tak berhubungan dekat dengan astronomi memang. Namun, itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berdekatan dengan hal berbau angkasa.

Di awal masa kuliah, ia masuk komunitas yang mempelajari ilmu falak serta mempelajari penentuan waktu salat, awal bulan komariah, hingga penghitungan fase gerhana.

"Saat itu juga seperti dibiarkan untuk belajar sendiri oleh guru pembimbingnya. Saya muncul penasaran bagaimana cara menghitung posisi benda langit," ujarnya.

Bermodalkan secercah pengetahuan dari guru pembimbing dan ilmu dari komunitas, pada tahun yang sama ia menciptakan platform perhitungan arah kiblat, waktu salat, gerhana, dan hisab awal bulan hijriyah.

Dari situlah, Andi dikenal oleh sejumlah komunitas astronomi di berbagai daerah, lantaran menciptakan hal baru untuk menunjang penghitungan ilmu falak.

"Saat itu saya mulai dikenal oleh kalangan astronom amatir di Indonesia pada 2014 di Semarang. Dibina langsung oleh Widya Sawitar," ungkap dia.

Sebagai informasi, Widya Sawitar merupakan penceramah senior di Planetarium Jakarta. Ia boleh disebut pentolan astronom di Indonesia, sekaligus sebagai 'bapak' komunitas astronomi amatir. 

Lulus dari Undip pada 2015, Andi menempuh jalan memutar sebelum mendapat pekerjaan yang sesuai 'jiwa'-nya. Pria penggemar jogging itu sempat mengajar di beberapa bimbingan belajar (bimbel) di Jakarta.

Namun, ia mengakui 'jalan memutar' itu justru menambah khazanah pengetahuan. Pasalnya, ada kurikulum internasional yang memuat bab mengenai astrofisika. "Dan terpakai ilmu saya di Astro amatir," ucap dia.

Ketekunan Andi di bidang astronmi berbuah manis pada 2018. Ia bisa bergabung dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), yang kini sudah dilebur ke BRIN.

"Saya ingin memberikan ilmu astronomi ini kepada masyarakat agar bisa berfikir lebih ilmiah dan lebih saintifik," ucap dia.

Saat peneliti asyik sendiri di halaman berikutnya...

Saat Peneliti Asyik Sendiri

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER