ESA Ceraikan Rusia Buntut Perang di Ukraina, Misi ke Mars Terancam

CNN Indonesia
Kamis, 14 Jul 2022 15:15 WIB
Badan Antariksa Eropa (ESA) memutus kontrak dengan Rusia dalam misi ke Mars karena invasi Ukraina.
Para kosmonaut Rusia mengibarkan benderanya saat momen wilayah Ukraina direbut. ESA tak lagi melibatkan Rusia dalam misi ke Mars. (Foto: Roscosmos/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Antariksa Eropa (ESA) memutus kontrak dengan Rusia dalam misi eksplorasi Mars. Keputusan itu dibuat karena invasi Rusia ke Ukraina.

Dikutip dari Space, ESA bersama Badan Antariksa Rusia (Rocosmos) sebetulnya sedang terlibat misi eksplorasi Mars yang disebut ExoMars. Dalam misi itu, kedua pihak berencana mengirim wahana Rosalind Franklin ke Planet Merah.

Wahana itu akan diluncurkan memanfaatkan roket proton Rusia, dari daerah Baikonur di Kazakhstan yang dioperasikan Rocsomos dan militer Rusia. Rosalind Frankli juga rencananya akan mendarat memanfaatkan Kazachok, wahana pendaratan yang dibangun Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemutusan kontrak terhadap Rusia dilakukan setelah Dewan ESA bertemu pada Selasa (12/7).

"Sebagai konsekuensinya, Dewan meminta saya untuk secara resmi memutuskan kerjasama yang saat ini sedang dibekukan dengan Rusia dan Rocosmos dalam hal ExoMars Rover dan Surface Platform," kata Kepala ESA Josef Aschbacher lewat Twitter-nya.

"Pemikiran baru soal misi ini ke depan dengan rekanan lainnya akan diumumkan pada pengarahan media 20 Juli. Informasi lebih detail akan menyusul," ujarnya lagi.

Pemutusan kerjasama oleh ESA jelas berdampak kepada nasib Rosalind Franklin. Target meluncurkan wahana itu pada September diprediksi meleset. Pasalnya, ESA harus mencari rekanan, roket, dan platform pendaratan baru. Alhasil, misi ExoMars diprediksi tidak akan rampung pada 2028.

Lebih lanjut, CNN melaporkan ESA tampaknya sedang mempertimbangkan untuk bekerjasama dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). 

"Secara geopolitik, jelas kami harus memutuskan ikatan kami dengan Rusia. Keputusan ini telah dibuat berdasarkan negara anggota," katanya.

"Benar bahwa hal ini sangat disayangkan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi serta para insinyur yang telah bekerja selama empat dekade. Tetapi kami tidak punya pilihan lain," ujar Aschbacher mengakhiri.

Dalam misi ExoMars, ESA antara lain ingin mengebor permukaan Mars sekitar 2 meter untuk mengumpulkan sampel demi keperluan analisa.

ExoMars diharapkan bisa berjalan beberapa kilometer selama misinya dan bisa bergerak di antara 50 hingga 100 meter per satuan hari di Mars, yang mana hanya satu jam lebih lama dari 24 jam di Bumi.

[Gambas:Video CNN]

(lth/lth)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER