Jakarta, CNN Indonesia --
Misi eksplorasi luar angkasa bak perlombaan. Amerika Serikat, Rusia, China, Eropa rela menghabiskan dana besar untuk berkejaran dengan waktu demi menemukan planet lain yang bisa dijadikan tempat tinggal manusia. Segenting itukah?
Sejak lama, manusia terdorong menjelajahi hal-hal yang tak diketahui, menemukan dunia baru, melintasi batas-batas lebih jauh lagi. Pengetahuan, penelitian, serta teknologi memberikan manfaat bagi manusia selama berabad-abad termasuk untuk tujuan itu.
Menurut lembaga antariksa AS (NASA), saat ini adalah awal dari era baru dalam eksplorasi ruang angkasa. NASA telah ditantang mengembangkan sistem dan kemampuan yang diperlukan untuk mengeksplorasi di luar orbit rendah Bumi, termasuk tujuan seperti ruang translunar, asteroid dekat Bumi, dan Mars.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) berfungsi sebagai laboratorium. NASA menggunakan ISS sebagai tempat uji coba dan batu loncatan untuk perjalanan lebih menantang ke depan dibantu astronaut menjawab tantangan perluasan permanen eksplorasi manusia di luar bumi.
Mendiang fisikawan Stephen Hawking jauh, pada 2017, menyebut dalam 100 tahun ke depan manusia perlu menyelamatkan diri dari Bumi. Dia pun mendorong penjelajahan ke Mars dan planet lain.
Permasalahan yang akan dihadapi Bumi, kata Hawking, adalah mulai dari perubahan iklim, penyakit, dan versi-versi lain malapetaka yang kelak akan ditimbulkan manusia itu sendiri pada abad ini.
Pandangan pesimistis Hawking terhadap kemanusiaan bukanlah hal baru. Namun, itu berubah menjadi genting ketika Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik negaranya keluar dari perjanjian iklim Paris pada 2017.
"Tidak seperti Donald Trump, yang mungkin baru saja mengambil keputusan paling serius dan salah tentang iklim yang pernah dilihat dunia ini, saya berdebat untuk masa depan umat manusia dan strategi jangka panjang untuk mencapai ini," kata Hawking dikutip Vox.
"Kita telah memberikan planet kita 'hadiah' bencana perubahan iklim. Ketika kita telah mencapai krisis serupa biasanya ada tempat lain untuk menjajah. Tapi tidak ada dunia baru, tidak ada utopia di tikungan. Kita kehabisan ruang, dan satu-satunya tempat yang harus dikunjungi adalah dunia lain," tutur pencetus teori kosmologi itu.
Sebelum itu tercapai, dia menilai perlu ada penurunan biaya penerbangan luar angkasa secara signifikan dan pengembangan teknologi baru untuk meluncurkan manusia lebih jauh dan lebih cepat ke luar angkasa.
Selain itu, Hawking juga menyebut manusia harus menemukan planet baru yang lebih layak huni daripada yang sudah diketahui. Terakhir, mencari tahu cara bertahan hidup di planet tidak ramah yang sudah dipelajari, seperti Mars dan planet yang mungkin mendukung kehidupan, misalnya Proxima B.
Pemikiran Hawking tersebut sudah mulai dijalankan miliarder seperti Elon Musk dan Richard Branson melalui investasi besar-besaran dalam industri penerbangan luar angkasa.
Hawking bersama miliarder Rusia dan Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, juga dilaporkan telah menyusun skema untuk membangun dan mengirim pesawat ruang angkasa seukuran prangko ke Alpha Centauri, bintang terdekat kedua di Bumi, sekitar 4,37 tahun cahaya, yakni Breakthrough Starshot.
Pesawat nano itu akan memperbesar ruang dengan kecepatan 100 juta mil per jam (160.934.400 km per jam). Hawking mengakui ada risiko pada jenis eksplorasi ruang angkasa yang akan dilakukannya, termasuk apa yang akan ditemukan ketika menjelajah lebih jauh.
Mungkin terkesan mengada-ada karena penjelajahan luar angkasa belum terjadi secara masif. Namun, pada prinsipnya, berbagai misi penjelajah luar angkasa sudah memberikan manfaat di berbagai bidang, seperti kesehatan, pertambangan, dan keamanan.
Manfaat-manfaat penjelajahan ruang angkasa di halaman berikutnya...
Berikut 10 keuntungan yang bisa didapatkan dari eksplorasi ruang angkasa menurut How Stuff Works:
1. Menghindari bencana yang dipicu asteroid
Jika kita tidak ingin bernasib sama dengan dinosaurus yang punah akibat hantaman asteroid yang mengubah iklim Bumi, kita perlu melindungi diri dari ancaman benda langit besar ini.
NASA mengatakan biasanya sekali setiap 10.000 tahun asteroid berbatu atau besi seukuran lapangan sepak bola bisa menabrak permukaan Bumi dan mungkin menyebabkan gelombang pasang yang cukup besar untuk menenggelamkan kota-kota pesisir.
Namun, monster yang sebenarnya adalah asteroid berukuran 100 meter ke atas. Hantaman semacam itu akan melepaskan badai puing-puing panas dan memenuhi atmosfer dengan debu yang menghalangi sinar matahari. Hutan dan ladang pertanian akan musnah. Manusia dan hewan kelaparan.
Program luar angkasa yang didanai dengan bijak memungkinkan kita untuk melihat objek berbahaya jauh sebelum menabrak Bumi, dan mengirim pesawat ruang angkasa untuk menanam dan meledakkan nuklir yang dapat mendorongnya keluar dari jalur tabrakannya. Bak film Armageddon dan Deep Impact!
2. Gadget dan teknik baru
Silakan cek daftar panjang gadget, bahan, dan proses-proses teknis yang awalnya dikembangkan untuk program luar angkasa AS yang bisa kita temukan aplikasinya di Bumi.
Saking banyaknya, NASA memiliki divisi yang punya misi mencari cara untuk menggunakan kembali teknologi luar angkasa sebagai produk terapan. Contohnya, makanan beku-kering.
Selain itu, plastik yang dilapisi dengan logam refleksi. Saat digunakan sebagai selimut, temuan era 1960-an itu memantulkan sekitar 80 persen panas tubuh pengguna kembali kepadanya. Hal ini bisa membantu korban kecelakaan dan pelari pasca-maraton untuk tetap hangat.
Inovasi lain yang lebih tidak jelas tetapi berharga adalah nitinol, paduan fleksibel namun tangguh yang dikembangkan untuk memungkinkan satelit terbuka setelah dilipat menjadi roket. Bahan ini dipakai para ortodontis (dokter gigi estetika) untuk menjadi kawat gigi bagi pasiennya.
3. Terobosan bidang kesehatan
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) telah menghasilkan sejumlah inovasi medis yang berguna di Bumi. Misalnya, metode pemberian obat pelawan kanker langsung ke tumor; gawai ultrasound yang dapat digenggam perawat dan dengan hasil yang bisa dikirimkan ke dokter dari jarak jauh; serta lengan robot untuk operasi rumit di dalam mesin MRI.
[Gambas:Photo CNN]
Temuan ilmuwan NASA untuk melindungi astronaut dari kehilangan massa tulang dan otot di lingkungan gaya berat mikro luar angkasa juga bermanfaat di Bumi; membantu perusahaan farmasi untuk menguji Prolia, obat yang saat ini membantu melindungi orang tua dari osteoporosis.
Obat ini lebih mudah diuji di luar angkasa karena astronaut kehilangan sekitar 1,5 persen tulang mereka setiap bulan dalam gaya berat mikro. Sementara, warga negara perempuan senior di Bumi akan kehilangan 1,5 persen per tahun karena osteoporosis.
4. Inspirasi bagi anak
Jika kita menginginkan dunia di mana anak-anak bercita-cita menjadi ilmuwan dan insinyur hebat, inspirasi, baik berupa sosok atau pun lembaga, jadi hal yang penting.
Astronom, penulis, dan pembawa acara "Cosmos" reboot TV Neil deGrasse Tyson baru-baru ini mengatakan kepada National Public Radio, "Saya bisa berdiri di depan siswa kelas delapan dan berkata, 'Siapa yang ingin menjadi insinyur ruang angkasa sehingga Anda dapat merancang pesawat terbang 20 persen lebih hemat bahan bakar daripada yang diterbangkan orang tuamu?'"
"[Pertanyaan] itu biasanya tidak berhasil. Tetapi jika saya berkata, 'Siapa yang ingin menjadi insinyur ruang angkasa dan merancang pesawat yang akan menavigasi di atmosfer Mars?' [Maka] saya mendapatkan siswa terbaik di kelas," ujarnya.
5. Keamanan nasional
AS perlu mendeteksi dan mencegah negara musuh atau kelompok teroris menyebarkan senjata berbasis ruang angkasa atau menyerang satelit navigasi, komunikasi, dan pengawasannya.
Meskipun ada perjanjian 1967 yang melarang negara-negara mengklaim wilayah di luar angkasa, tetap harus ada antisipasi karena tidak sulit untuk menemukan contoh perjanjian masa lalu yang dilanggar ketika negara-negara melihat keuntungan besar lainnya.
Jika pun swasta turut mengeksplorasi ruang angkasa, AS ingin memastikan bahwa perusahaan-perusahaan dapat menambang di bulan atau asteroid tanpa khawatir penyelundup akan mencuri produksi mereka.
Tambang hingga kerjasama antar-bangsa di halaman berikutnya...
6. Mencari Bahan Baku Dari Luar Angkasa
Para pakar tak menutup peluang soal keberadaan emas, perak, platinum, dan zat berharga lainnya di luar angkasa.
Bulan, misalnya, adalah sumber helium-3 yang berpotensi menguntungkan. Ini digunakan untuk Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) tertentu dan kemungkinan jadi bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Bahan ini semakin langka di Bumi hingga harganya melonjak menjadi U$5.000 (Rp74,9 juta) per liter.
Bulan juga diyakini sebagai sumber potensial unsur tanah jarang seperti europium dan tantalium, yang sangat diminati untuk digunakan dalam elektronik, panel surya, dan gadget canggih lainnya.
7. Cara kerja sama secara damai
Terlepas momentum belakangan yang tengah panas terkait aksi politik kosmonaut Rusia soal Ukraina dan tudingan panas NASA terhadap China, kerja sama banyak negara di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) terbukti memberi efek koordinasi lintas negara sejak lama.
Sebuah makalah pada 2006 yang diterbitkan oleh Center for Strategic and International Studies, menunjukkan kerja sama internasional di angkasa bisa memangkas biaya yang besar karena bisa patungan.
Di sisi lain, ini jadi jalan hubungan diplomatik yang lebih kuat antara negara-negara serta membantu menciptakan lapangan kerja baru di masing-masing negara.
8. Membantu menjawab pertanyaan besar
Jajak pendapat Huffington Post/YouGov pada 2013 menunjukkan setengah orang Amerika percaya kehidupan ada di tempat lain di alam semesta, dan seperempatnya menganggap makhluk luar angkasa pernah mengunjungi Bumi.
Sejauh ini, beragam alat 'pelacak' alien, baik itu teleskop berbasis Bumi maupun luar angkasa, sinyal, hingga wahana antariksa yang sudah sampai di Bulan dan Mars belum membuahkan hasil.
Itu baru permulaan. Upaya penjelajahan ruang angkasa yang lebih agresif bisa membantu kita menjawab pertanyaan terbesar, "apakah ada makhluk lain di luar angkasa?".
9. Dorongan penjelajahan
Nenek moyang primitif manusia menyebar dari Afrika timur ke seluruh planet ini. Sejak itu, kita tidak pernah berhenti bergerak.
Terlebih, manusia mulai kehabisan wilayah baru di Bumi. Satu-satunya cara untuk memenuhi dorongan kuno itu adalah dengan menemukan tempat baru untuk dikunjungi, apakah itu dengan perjalanan singkat ke Bulan sebagai turis, atau mendaftar untuk perjalanan antarbintang.
Dalam pidato pada 2007, mantan pimpinan NASA Michael Griffin membedakan antara "alasan yang dapat diterima" dan "alasan riil" untuk eksplorasi ruang angkasa. Alasan yang dapat diterima adalah masalah seperti manfaat ekonomi dan keamanan nasional.
Namun, kata dia, alasan sebenarnya adalah rasa ingin tahu, daya saing, dan pembangunan monumen.
[Gambas:Infografis CNN]
"Siapa di antara kita yang tidak paham keajaiban, misteri, kekaguman, dan keajaiban saat melihat sesuatu, bahkan di televisi, yang belum pernah dilihat sebelumnya, sebuah pengalaman yang dibawa kembali kepada kita oleh misi luar angkasa robot?" ucapnya.
"Ketika kita melakukan sesuatu untuk alasan nyata yang bertentangan dengan alasan yang dapat diterima, kita menghasilkan pencapaian tertinggi kita."
10. Untuk mempertahankan ras manusia
Kemampuan manusia untuk menempatkan satelit di luar angkasa membantu kita untuk memantau dan memerangi masalah mendesak di Bumi, mulai dari kebakaran hutan, tumpahan minyak, hingga menipisnya akuifer yang diandalkan orang sebagai sumber air minum.
Namun, populasi terus berkembang, keserakahan merajalela, lingkungan rusak. Menurut sebuah survei 2012, sebagian besar ilmuwan memperkirakan bahwa Bumi memiliki daya dukung bagi 8 hingga 16 miliar orang. Dan kini Bumi memiliki populasi lebih dari 7 miliar.
Itu membuat beberapa futuris berpendapat bahwa kita harus bersiap untuk menjajah planet lain dalam tempo segera. Hidup Anda, anak-anak Anda, mungkin bergantung pada penjelajahan ruang angkasa ini.
[Gambas:Video CNN]