Kendaraan listrik di ajang KTT G20 Bali pada November nanti bukan cuma mobil penumpang tetapi juga direncanakan ada bus listrik buatan dalam negeri. Bus Listrik Merah Putih (BLMP) itu merupakan penugasan dari Kemenristekdikti kepada konsorsium Perguruan Tinggi dan INKA.
Bus listrik itu bernama E-Inobus yang sebelumnya sudah diuji beroperasi di kawasan Candi Borobudur pada Juni lalu. Produksinya akan dilakukan di pabrik INKA di Madiun, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 53 unit bus listrik akan diproduksi, 30 unit di antaranya akan digunakan untuk kegiatan G20. Sementara 23 unit lainnya digunakan untuk kerja sama dengan Perum Damri.
Bus listrik itu telah dipesan Damri menggunakan sistem Buy The Service untuk dioperasionalkan di kawasan seperti Bandung dan Surabaya.
Kandungan lokal 50 persen
Produksi bus listrik ini dikatakan mengejar penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 50 persen. Pendalaman ini bakal membuka kesempatan bagi produk dalam negeri dan juga membuat akademisi di perguruan tinggi melakukan riset dan inovasi di Indonesia.
"Bus listrik buatan INKA ini diupayakan memiliki TKDN lebih dari 50 persen. Ini harus kita apresiasi, apalagi kajian TKDN-nya dilakukan dengan melibatkan rekan-rekan dari banyak perguruan tinggi yang ada di tanah air," ujar Menhub Budi Karya Sumadi saat meninjau produksi Madiun, Minggu (17/7).
Berbagai perguruan tinggi yang terlibat dalam pengerjaan bus listrik ini di antaranya ITS Surabaya, UGM Yogyakarta, UNAIR Surabaya dan ISI Denpasar.
Bus listrik ini disebut mampu dikendarai hingga 80 km per jam. Baterainya bisa dicas selama 2,5 jam untuk perjalanan sampai 100 km.
Budi meminta produksi bus listrik ini dipercepat sehingga masih ada waktu untuk melakukan perbaikan sebelum digunakan di KTT G20.
"Kita harus perhitungkan bus ini dengan suatu standar keselamatan yang baik," ujar Budi seperti ditulis dalam keterangan resmi.
Budi juga meminta sejumlah operator BUMN seperti Damri, KAI dan INKA terus mendukung dan membuka kesempatan bagi dunia pendidikan dalam negeri untuk melakukan riset pengembangan teknologi transportasi lebih intensif.
"Tidak mungkin dunia industri berjalan sendiri, harus kerja sama dengan sektor pendidikan," kata dia.
(fea)