Mengenal Lockheed Martin, Penyuplai Teknologi Jet RI-Korsel KF-21

CNN Indonesia
Rabu, 27 Jul 2022 14:20 WIB
KF-21 buatan Korsel dan Indonesia mendapat bantuan teknologi dari Lockheed Martin, perusahaan dirgantara asal AS. (Foto: AP/Ahn Young-joon)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia berkolaborasi dengan Korea Selatan (Korsel) membangun jet tempur KF-21 Boramae yang baru diuji lepas landas 19 Juli. Pesawat ini diklaim mirip dengan buatan Lockheed Martin. Siapa dia?

Sebanyak 114 insinyur Tanah Air berangkat ke Korsel untuk mengerjakan jet tempur tersebut. Selain itu, melansir Yonhap News, Indonesia juga menanggung 20 persen biaya atau sekitar 1,7 triliun Won (sekitar RP 19 triliun) untuk membangun KF-21 Boramae.

Kerjasama ini sempat terganggu lantaran Indonesia berhenti membayar kepada Korsel di angka 227 miliar Won. Namun, pemerintah Indonesia pada akhirnya sepakat untuk melanjutkan program tersebut.

"Pemerintah Indonesia mengonfirmasi ulang komitmennya untuk bersama mengembangkan KF-21/IF-X dan mencari kerjasama agar para insinyurnya segera kembali ke Korsel," tulis pernyataan resmi Korea Aerospace Industries (KAI).

Melansir Popular Mechanics, penampilan KF-21 sepintas mirip dengan F-22 Raptor. Pesawat ini berwarna abu-abu kehitaman dengan label KF-21 tertera pada bagian sayap.

Panjang KF-21 mencapai 55 kaki atau 16,7 meter dengan lebar sayap mencapai 10,6 meter. Panjang sayap itu sedikit lebih panjang dari F-35A Joint Strike Fighter, namun lebih kecil dari F/A-18E/F Super Hornet dan F-22 Raptor.

Selain oleh Indonesia dan Korsel, teknologi Amerika Serikat (AS) juga ikut andil dalam KF-21. Ya, Lockheed Martin selaku perusahaan dirgantara Paman Sam menyuplai teknologi yang digunakan di KF-21 Boramae.

Di dunia dirgantara, nama Lockheed Martin sudah terkemuka. Mengutip situs resminya, ada tiga pendiri Lockheed Martin pada 1912 yakni Glenn L. Martin beserta Allan dan Malcolm Lockheed.

Pada mulanya, Glenn mendirikan perusaha Glen L. Martin Company di Los Angeles, setelah membangun pesawat pertamanya di sebuah gereja sewaan pada 16 Agustus 1912. Kemudian paa 19 Desember 1912, Allan dan Malcolm Lockheed membangun Alco Hydro-Aeroplane Company.

Kendati sudah ada sebelum Perang Dunia II, masing-masing perusahaan di atas terus berjalan sendiri-sendiri hingga bergabung pada 1995. Saat ini, kantor pusat Lockheed Martin berada di North Bethesda, Maryland Washington D.C.

Lockheed Martin, yang kini dipimpin oleh CEO James D. Taiclet sering bermitra dengan Departemen Pertahanan dan Agen Federal AS. Biasanya, Lockheed menyuplai pesawat dan teknologi untuk keperluan tempur dan militer.

Beberapa pesawat produksi Lockheed yang cukup terkenal adalah F-22 Raptor, C-130 Super Hercules, helikopter Crowsnest, F-16 Fighting Falcon, dan F-35 Lighting II.

Namun konsumennya tak hanya pemerintah AS. Lockheed juga ikut menjual pesawat ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Salah satu pesawat TNI AU yang menggunakan teknologi Lockheed adalah F-16.

Di Indonesia, versi F-16 yang digunakan adalah F-16 Block 72, versi terbaru dari F-16 yang menawarkan teknologi mutakhir. Konfigurasi F-16 Block 72 termasuk radar Active Electronically Scan Array (AESA) yang canggih.

Selain itu, serangkaian teknologi avionik termasuk komputer misi dan layar prosesor, layar resolusi tinggi dengan format besar 6x8, sistem perang elektronik internal, jaringan data bervolume dan berkecepatan tinggi.

Menggunakan F-16 membuat TNI AU mendapat sejumlah keuntungan di antaranya modernisasi berkelanjutan dan perawatan yang terjangkau. TNI AU sendiri saat ini sudah memiliki infrastruktur, perlengkapan penunjang, kemampuan perbaikan, suku cadang, pilot terlatih, dan personel perawatan untuk F-16.

Penjualan pesawat plus alat-alat militer itulah yang menjadi sumber pendapatan Lockheed. Melansir Investopedia, pendapatan bersih Lockheed Martin pada kuartal empat tahun lalu mencapai US$ 2 miliar.

Ada empat lini bisnis utama Lockheed, yakni aeronautika (penjualan bersih 2021 mencapai US$26,7 miliar atau Rp400,96 triliun), misil dan persenjataan (US$11,7 miliar atau Rp175,7 triliun), sistem misi dan rotary (US$16,8 miliar atau Rp252,3 triliun), serta luar angkasa (US$11,8 miliar atau Rp177,2 triliun).

Dikutip dari situs resminya, perusahaan secara total menghasilkan penjualan bersih US$67 miliar (Rp1.006 T) dan laba bersih US$6,3 miliar (Rp94,6 trilun) pada 2021. 

(lth/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK