Perubahan Iklim Picu Kerusuhan Politik, Peradaban Maya Kuno Buktinya

CNN Indonesia
Kamis, 28 Jul 2022 11:35 WIB
Ilustrasi. Suku Maya hancur bukan karena penjajah Spanyol. (Foto: Daniel Schwen via Wikimedia (CC-BY-SA-4.0))
Jakarta, CNN Indonesia --

Para peneliti telah mengungkap apa yang meruntuhkan peradaban ibu kota budaya dan politik Maya Kuno, Mayapan, Amerika Selatan, 800 tahun lalu.

Masyarakat Maya Kuno di Semenanjung Yucatán pada abad ke-13 dan ke-14 M diduga oleh para ahli telah runtuh akibat terjadinya kekeringan dan konflik politik.

Hal itu diungkap oleh penelitian yang berjudul 'Konflik Sipil Akibat Kekeringan di antara Bangsa Maya Kuno' yang diunggah di jurnal Nature pada 19 Juli 2022.

Penelitian yang dipimpin oleh Douglas J. Kennett dari Departemen Antropologi Universitas California, AS mengatakan kekeringan itu menyebabkan konflik sipil, yang pada akhirnya membawa kehancuran politik di wilayah tersebut.

Sejumlah warga Maya Kuno kemudian berpindah ke pemukiman yang lebih kecil dan lebih aman untuk mencari perlindungan.

Selain memberi wawasan tentang sejarah orang-orang kuno, studi baru ini juga menjadi pengingat bagaimana perubahan iklim dapat dengan cepat memberi tekanan pada peradaban yang paling mapan dan makmur sekalipun.

"Beberapa sumber data menunjukkan bahwa konflik sipil meningkat secara signifikan, dan pemodelan linier umum menghubungkan perselisihan di kota dengan kondisi kekeringan antara 1400 dan 1450 M," tulis para peneliti dalam makalah mereka yang diterbitkan.

Para peneliti mengatakan kekeringan yang berkepanjangan meningkatkan ketegangan, tetapi adaptasi berikutnya mengungkapkan ketahanan skala wilayah memastikan struktur politik dan ekonomi Maya bertahan sampai kontak Eropa pada awal abad ke-16 Masehi.

Tim peneliti telah memiliki banyak catatan sejarah sebagai kajian, meliputi perubahan populasi, pola makan kontemporer, dan kondisi iklim. Catatan ini ditambah dengan analisis baru dari sisa-sisa manusia untuk tanda-tanda cedera traumatis yang merujuk pada konflik sosial di wilayah tersrbut.

Tim menduga kekeringan yang berkepanjangan selama 1400-1450 M kemungkinan besar menyebabkan ditinggalkannya Mayapan oleh warganya. Menurut studi tersebut, kurangnya air akan mempengaruhi praktik pertanian dan jalur perdagangan, sehingga membebani masyarakat Mayapan.

Dengan demikian, pasokan makanan semakin langka dan situasi semakin berbahaya. Banyak orang-orang mati atau berpergian untuk menyelamatkan diri.

Dalam kuburan massal terakhir yang digali sebelum kota itu ditinggalkan, para peneliti melaporkan banyak bukti-bukti yang diduga mungkin milik anggota keluarga Cocoms (kepala negara). Keluarga itu berakhir tragis, yang disebabkan oleh faksi-faksi pesaing dan kerusuhan sosial.

"Temuan kami mendukung keruntuhan institusional Mayapan antara 1441 dan 1461 M, konsekuensi dari konflik sipil yang didorong oleh persaingan dan ambisi politik, yang tertanam dalam memori sosial masyarakat Yucatecan yang kesaksiannya masuk catatan tertulis dari Periode Kolonial awal," tulis para peneliti.

Respons kelompok masyarakat terhadap tekanan lingkungan seperti adanya kekeringan, dianggap berisiko menyebabkan konflik sosial. Ada begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan diseimbangkan ketika harus mempertimbangkan mengapa populasi bertindak seperti itu.

Perpindahan orang ke bagian lain Semenanjung Yucatán, termasuk kota-kota pesisir yang makmur dan pemukiman yang independen secara politik, membantu budaya Maya terus berkembang setelah jatuhnya Mayapan.

Dan hanya ada sedikit bukti konflik antara wilayah ini sebelum kekuasaan Spanyol dimulai, menurut Science Alert.

Para peneliti mengatakan temuan itu menjadi bukti sistem adaptasi manusia di lingkungan alam. Sedangkan saat ini sejumlah wilayah dunia tengah menghadapi krisis iklim.

"Catatan arkeologi dan sejarah sangat cocok untuk memeriksa efek sosial masa lalu dari krisis iklim selama siklus jangka panjang," tulis para peneliti.

Peneliti mengatakan wilayah Maya Kuno menawarkan kedalaman catatan arkeologi, sejarah, dan iklim yang penting untuk mempelajari korelasi antara perubahan sosial dan kondisi iklim yang berfluktuasi.

(can/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK