Equinox Penyebab Cuaca Surabaya Panas Menyengat

CNN Indonesia
Selasa, 27 Sep 2022 06:29 WIB
Fenomena equinox menyebabkan cuaca Surabaya panas menyengat.
Ilustrasi kota Surabaya. Surabaya telah dilanda fenomena equinox. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Jakarta, CNN Indonesia --

Surabaya disebut tengah mengalami fenomena equinox. Itu sebabnya, suhu di Kota Pahlawan dilaporkan relatif terasa sangat panas hingga menyengat.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan, suhu udara di Surabaya mengalami peningkatan sejak 23 September 2022. Peningkatan suhu itu terus terjadi hingga hari Senin (26/9).

Di tanggal 23 September, suhu udara di Surabaya 33 derajat celsius dengan suhu maksimal adalah 40 derajat celsius. Suhu terus mengalami peningkatan di tanggal 26 September 2022 yakni 34 derajat celsius dengan 41 derajat celsius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, suhu panas yang terjadi di Surabaya akhir-akhir ini adalah akibat dari fenomena equinox. Fenomena ini terjadi karena matahari melintas di garis katulistiwa.

"Equinox adalah fenomena astronomi dimana matahari melintasi tepat di garis katulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun," kata Teguh.

Fenomena ini, kata dia, terjadi dua kali dalam setahun. Yang pertama pada 21 Maret 2022, sementara baru-baru ini terjadi 23 September 2022.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan, Surabaya dan beberapa daerah di Jawa Timur juga akan menghadapi fenomena kulminasi pada 12 Oktober 2022 nanti.

Saat itu terjadi cuaca Surabaya juga akan terasa makin panas utamanya saat tengah hari dan beberapa hari setelah kulminasj. Kelembaban udara juga berkurang.

Fenomena kulminasi adalah fenomena alam ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat.

Teguh mengatakan pada saat fenomena kulminasi itu terjadi, posisi matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau berada di titik zenit.

Akibatnya, bayangan benda tegak akan menghilang atau tidak terlihat. Bayangan tersebut menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

"Karena itu hari kulminasi utama disebut juga sebagai hari tanpa bayangan," ucap Teguh.

Teguh menyebut, warga Jatim tak perlu khawatir, sebab fenomena itu merupakan kejadian yang lumrah. Ia mengimbau agar masyarakat tidak usah panik bila mendapatkan informasi tak bertanggung jawab yang sumbernya bukan berasal dari BMKG.

Meski demikian, ia tetap meminta masyarakat untuk siaga dan waspada, karena cuaca ekstrem bisa terjadi sewaktu-waktu.

[Gambas:Video CNN]

(frd/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER