Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate buka suara soal badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan rintisan alias start-up dalam negeri.
"Tidak hanya meningkatkan valuasi start-up, namun harus juga mampu tumbuh dengan model bisnis yang resilient (ulet) yang punya daya tahan yang kuat," kata Plate saat pembukaan demo Hub.id 2022, Jumat (7/10).
"Model-model bisnis yang bulletproof (tahan peluru),mampu menahan serangan dari berbagai dinamika dinamika global," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi yang ia peroleh, sejak 2020 sampai saat ini setidaknya ada 12 perusahaan rintisan teknologi yang melakukan PHK, sebagai respons ketidakpastian perekonomian global.
"Kita ingat di awal pandemi di tahun 2020 bagaimana peran penting yang diambil oleh sektor digital sukses luar biasa," kata dia.
"Ini adalah signal bahwa kita semua perlu mendorong, kita semua perlu memperhatikan dan mendorong lahirnya start up yang tidak hanya mampu tumbuh dan membentuk pangsa pasar," lanjutnya.
Sebelumnya, badai PHK menghantam sederet start up yang beroperasi di Tanah Air, di antaranya Shopee Indonesia pada Senin (19/9).
Startup penyedia perangkat lunak business-to-consumer (B2C) Lummo yang sebelumnya dikenal sebagai BukuKas melakukan PHK 120 karyawan di Jakarta, yang sebagian besar berada di tim teknis, desain, dan produk.
Kemudian startup pertanian Tanihub juga melakukan PHK di tahun ini. Namun, perusahaan tak mengungkap berapa jumlah karyawan yang di-PHK.
Startup financial technology (fintech) yang didukung oleh delapan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LinkAja dikabarkan telah mem-PHK sekitar 200 karyawan, lalu SiCepat mem-PHK sekitar 360 karyawan.
Lalu start-up edukasi Zenius melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan karena perusahaan terdampak oleh kondisi makroekonomi.
(can/arh)