Alat peniris yang disatukan dengan penjernih minyak jelantah ciptaan mahasiswa Universitas GAdjah Mada (UGM) diklaim bisa menghasilkan kerupuk yang 'kriuk' namun tetap sehat.
Ketua tim pengembang alat Ahmad Sirrullah mengungkapkan alat ini dibuatnya bersama Dzulfiqar Rafli Haryanto dan Dinda Iffana Silma (Teknik Kimia), Baihaqi Ghozali Hidayat (Teknik Mesin), serta Rangga Satria Wicaksana (Teknik Mesin).
Baihaqi menuturkan alat yang dijual di pasaran pada umumnya tak memiliki fitur penjernih minyak. Sementara, alat yang mereka kembangkan mempunyai tambahan fitur penjernih minyak dengan tiga bahan penyerap (adsorbent), yaitu arang aktif, mineral zeolit dan bentonit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alat peniris ini berbeda dengan peniris pada umumnya. Terdapat modifikasi empat tiang penyangga yang tersambung dengan mesin peniris, memudahkan saringan mudah dilepas pasang dan praktis," ujarnya, dikutip dari situs UGM, Rabu (23/11).
Untuk menggunakannya, ia menuturkan cukup memasukkan kerupuk yang telah digoreng ke dalam alat peniris. Kerupuk yang sudah ditiriskan, klaim dia, akan menjadi tidak berminyak, renyah, tidak mudah melempem, dan tidak tengik.
Untuk mencegah kerupuknya remuk, mereka menambahkan dimmer untuk mengatur kecepatan putar mesin peniris. Getaran dari alat baik dan sesuai, ditandai dengan saat kecepatan maksimal, memiliki getarannya minim sehingga kerupuk tidak akan rusak.
Minyak hasil penirisan akan dijernihkan dengan tiga tabung penjernih dengan masing-masing tabung berisi tiga adsorbent itu.
Lihat Juga :101 SCIENCE Kenapa Tak Kunjung Muncul Manusia Super? |
Tim peneliti mengklaim minyak yang telah dijernihkan "aman dan dapat digunakan untuk penggorengan kembali dengan ketentuan standar SNI".
Sejak lama, penggunaan minyak goreng secara berulang diklaim meningkatkan risiko kanker.
Dalam makalah bertajuk "Thermally Abused Frying Oil Potentiates Metastasis to Lung in a Murine Model of Late-Stage Breast Cancer" yang dirilis pada 2019, sejumlah peneliti dari University of Illinois, AS, mengungkapkan kaitan penggunaan minyak jelantah dengan risiko kanker.
Tim ahli melakukan percobaan kepada tikus dengan memberikan sekelompok tikus minyak jelantah alias thermally abused frying oil (TAFO) dan minyak kedelai segar atau fresh soybean oil (SBO) selama beberapa pekan.
Pemeriksaan bioluminescent (emisi cahaya) dan histologis (jaringan mikroskopis) menunjukkan bahwa konsumsi TAFO "menghasilkan peningkatan pembentukan tumor paru metastatik yang nyata dibandingkan dengan konsumsi SBO."
Selain itu, hewan yang mengonsumsi TAFO mengalami peningkatan 1,4 kali lipat tumor metastatik di paru-paru menunjukkan peningkatan 1,4 kali lipat.
Alat peniris dan penjernih minyak jelantah karya mahasiswa UGM sudah diterapkan langsung di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Matahari di Dusun Gandu, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasilnya, kualitas kerupuk diklaim meningkat dan keuntungan yang diperoleh mitra semakin meningkat.
"Alat peniris sangat meningkatkan kualitas kerupuk karena mampu menghasilkan 167 ml minyak dari 1 kg kerupuk dengan pemutaran mesin peniris selama 1 menit. Penirisan minyak yang dihasilkan lebih banyak daripada ditiriskan tanpa alat yaitu 36 ml/kg," ungkap Ahmad.
Senada, Endin Syaifuddin, pemilik UMKM Kerupuk Matahari, mengungkapkan alat peniris dan penjernih minyak jelantah ini menjadikan kerupuknya lebih renyah, tidak cepat melempem, dan tidak tengik.
"Dengan ketahanan yang baik dan tidak ada kerupuk yang rusak menjadikan semua kerupuk laku terjual. Selain itu, UMKM Kerupuk Matahari mampu menghemat pembelian minyak goreng sampai 30 liter/bulan," urainya.
Dari mana awal mula idenya?
Lihat Juga : |
Ahmad mengungkapkan pengembangan alat peniris dan penjernih minyak jelantah ini bermula dari masalah pada kerupuk di Indonesia yang umumnya cepat tengik, melempem, dan cita rasa berubah dibandingkan saat digoreng dengan minyak yang baru.
Isu tersebut menyebabkan kerupuk rusak dan tidak terjual. Berawal dari kondisi itu, mereka berupaya mencari solusi untuk mengatasinya.
"Harapannya, melalui implementasi alat ini produsen kerupuk dapat memperoleh keuntungan maksimal," tutur di, yang juga merupakan mahasiswa Kimia UGM itu.
Alat itu pun mendapatkan dana hibah pelaksanaan program dari Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI tahun 2022 dan lolos melaju ke PIMNAS di Malang pada awal Desember.
(tim/arh)