Bandung Hingga Solo Jadi Smart City Terbaik, Apa Efeknya buat Warga?

Tujuh kabupaten/kota diklaim sudah sukses menjadi jawara kota pintar alias Smart City dalam ketegori berbeda. Apa pengaruhnya buat warga?

Gerakan Menuju Kota Cerdas (Smart City) sendiri adalah gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan didukung kementerian terkait yang digelar sejak 2017.

Dalam rilisnya, gerakan ini diklaim sudah membimbing 191 kota/kabupaten.

Sementara, Direktur Layanan Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Bambang Dwi Anggono, di seminar gerakan menuju kota cerdas (Smart City), Jakarta, Kamis (1/12), mengungkapkan "yang masuk dalam program kita itu 198 dari 514 pemerintah daerah, baik kabupaten maupun kota di seluruh Indonesia."

Namun, kata dia, jumlah kabupaten dan kota itu tidak termasuk provinsi, karena pihaknya baru akan melibatkan provinsi di tahun depan.

Dalam rilis resmi Gerakan Menuju Smart City 2022: Mewujudkan Kota Cerdas yang Adaptif, Kolaboratif, dan Berkelanjutan, Kominfo memberikan penghargaan kepada sejumlah kota.

"Penghargaan juga diberikan kepada kota/kabupaten peserta Gerakan Menuju Smart City periode sebelumnya yang berhasil inisiatif kota cerdasnya berhasil memberikan manfaat optimal bagi warganya," demikian dikutip dari keterangan tersebut.

Penghargaan tersebut diberikan kepada:

1. Kota Bandung, pelaksanaan program Smart City terbaik kategori Smart Governance.
2. Kota Surakarta, program Smart City terbaik kategori Smart Branding.
3. Kota Semarang, program Smart City terbaik kategori Smart Economy.
4. Kota Yogyakarta, program Smart City terbaik kategori Smart Society.
5. Kabupaten Demak, program Smart City terbaik kategori Smart Living.
6. Kota Madiun, program Smart City terbaik kategori Smart Environment.
7. Kabupaten Wonogiri, program Smart City terbaik kategori Kawasan Pariwisata Prioritas Nasional.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di lokasi acara, beberapa kepala daerah yang menerima penghargaan tak hadir dan hanya diwakilkan kepada pejabat di bawahnya, termasuk Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Bambang menjelaskan saat ini pola Smart City kerap digunakan sejumlah wilayah untuk mengubah perencanaan sektor pendapatan, teknologi hingga komunikasi di wilayah.

"Kita kombinasikan agar bisa saling bekerjasama, bukan hanya mengintegrasikan antar instansi pemerintah, tetapi kuncinya adalah bagaimana kita bisa melakukan harmonisasi antara pemerintah," tuturnya.

"Smart City itu bukan hanya sekadar memberikan solusi cerdas tapi juga bagaimana bisa mengangkat brand daerah agar tumbuh tadi keberlanjutannya bukan lagi soal teknologinya," lanjut dia.

Dikutip dari situs Kominfo, gerakan Smart City terkait program menjadikan kota/kabupaten agar lebih memaksimalkan teknologi, baik dalam pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi daerah.

"Sebuah kota dapat dikatakan Smart City jika di dalamnya lengkap dengan infrastruktur dasar, juga memiliki system transportasi yang lebih efisien dan terintergrasi. sehingga meningkatkan mobilitas masyarakat," demikian keterangan itu.

"Konsep itu juga menciptakan kualitas hidup masyarakat yang terus meningkat, rumah dan bangunan yang hemat energi, bangunan ramah lingkungan dan memakai sumber energy terbarukan," lanjut keterangan itu.

Menurut pakar Smart City Winarno, konsep Smart City juga menerapkan lingkungan yang lebih lestari karena konsep pengaturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju.

Kota pintar, lanjutnya, juga bertujuan bagai mana dapat mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin, menarik investor agar berinvestasi di kota ini, kemudian menarik penghuni baru, bagi mana penghuni baru dari kalangan baik profesional, akademisi, dan usahawan bertempat tinggal di kota terkait.