Kekacauan demi kekacauan terus terjadi di Twitter sejak akuisisi Elon Musk. Kekacauan itu merentang mulai dari penghapusan sejumlah akun, pemecatan karyawan, lelang barang-barang kantor, hingga uang sewa kantor yang belum dibayar.
Salah satu akun yang diblokir adalah milik Mastodon, media sosial rival Twitter. Mengutip Tech Crunch, penangguhan itu berlangsung pada Kamis (15/12) sore waktu setempat.
Sesaat sebelum ditangguhkan, akun Twitter Mastodon @joinmastodon mencuit sebuah tautan ke akun yang melacak jet pribadi Musk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan cuma akun Twitternya, semua tautan yang menuju Mastodon tidak akan bisa dilihat di Twitter. Media sosial berlambang burung biru itu melabeli tautan tersebut sebagai "berpotensi merusak".
Beberapa domain yang berkaitan dengan Mastodon yang ditangguhkan Twitter antara lain mstdn.social dan mastodon.social. Saat ini, semua tautan yang terhubung dengan Mastodon dilabeli "Peringatan: tautan ini mungkin saja tidak aman."
Popularitas Mastodon meningkat setelah Musk mengakuisisi Twitter akhir Oktober lalu. Beberapa orang memilih beralih karena resah dengan sepak terjang Musk di Twitter.
Mastodon, yang diciptakan pada 2016, mencatatkan rekor pengguna tertingginya di November lalu. Hal itu disampaikan langsung oleh CEO Mastodon, Eugen Rochko yang menyebut pengguna Mastodon mencapai 1.028.362.
Selain menangguhkan akun Mastodon, Twitter juga telah menghapus akun @ElonJet milik siswa Florida, Jack Sweeney. Akun tersebut biasanya melacak jet pribadi yang digunakan Musk dengan menggunakan data publik.
Padahal, Musk sempat berujar pada November lalu bahwa "Komitmen saya kepada kebebasan berbicara sangat luas sehingga saya tidak menghapus akun yang melacak pesawat saya, meskipun itu berisiko bagi keamanan pribadi saya," tulis Musk di akunnya @elonmusk.
Musk beralasan, penghapusan akun @ElonJet disebabkan oleh doxing yang dilakukan. Alasan yang sama digunakan Musk untuk memblokir akun beberapa jurnalis AS dari CNN, Washington Post, Mashable, dan New York Times.
Mereka yang jadi korban di antaranya adalah Donie O'Sullivan dari CNN, Ryan Mac dari The New York Times, dan Drew Harwell dari The Washington Post, serta beberapa jurnalis teknologi lainnya.
They posted my exact real-time location, basically assassination coordinates, in (obvious) direct violation of Twitter terms of service
— Elon Musk (@elonmusk) December 16, 2022
"Mereka mengunggah lokasi real-time saya yang sebenarnya, pada dasarnya koordinat pembunuhan jelas pelanggaran langsung terhadap persyaratan layanan Twitter," kicau Musk di akunTwitter-nya, Jumat (16/12).
"Aturan doxing juga sama berlaku untuk "jurnalis" seperti untuk orang lain," kata dia.
Dalam kicauan lain, Musk mengaku tak masalah dengan kritik yang dilontarkan kepadanya. Akan tetapi, ia tak nyaman dengan doxing lokasi yang dilakukan karena dianggap membahayakan dia dan keluarga.
Selain itu dalam sebuah Twitter Spaces, Musk juga dicecar pertanyaan soal penghapusan akun para jurnalis itu. Menurut Musk, "jika Anda men-doxing, akun Anda dihapus. Itu saja. Titik".
Di sisi lain, Twitter juga dikabarkan berhenti membayar uang sewa kantor yang berlokasi di San Francisco. Mengutip New York Times, Twitter juga menolak membayar sekitar $197 ribu dollar (sekitar Rp3 miliar) untuk tagihan sewa pesawat pribadi yang digunakan pada saat proses akuisisi oleh Musk.
Mengutip CNN, Twitter juga melelang lusinan barang kantor termasuk memorabilia dan barang-barang keperluan lainnya. Bahkan, Twitter akan melelang patung logo Twitter berwarna biru, mesin espresso, dan layar iMac hingga meja.
Para petinggi Twitter juga dikabarkan sedang mendiskusikan konsekuensi penolakan pembayaran uang pensiun kepada ribuan mantan karyawan yang terkena PHK. Di saat yang sama, Musk mengancam para karyawan dengan tuntutan jika buka suara kepada media.
Miliarder kelahiran Afrika Selatan itu juga memecat pengacara pribadinya, Alex Spiro. Padahal, Spiro baru saja mengisi posisi Kepala Bagian Hukum Twitter pada Oktober lalu usai Musk memecat pengacara sebelumnya.
Diduga, langkah-langkah itu dibuat Musk demi memotong biaya operasional Twitter. Pada November lalu menurut laporan Reuters, Musk ingin Twitter memotong biaya infrastruktur tahunan sekitar $1 miliar dan ingin menghemat sekitar $3 juta per hari.