Elon Musk menggelar voting soal posisinya sebagai CEO Twitter via akun pribadinya. Miliarder kelahiran Afrika Selatan itu mengaku bakal mematuhi hasil voting tersebut, apapun hasilnya.
"Apakah saya harus mundur sebagai kepala Twitter? Saya akan mematuhi hasil dari pemungutan suara ini," tulis Musk di akun @Elonmusk.
Should I step down as head of Twitter? I will abide by the results of this poll.
— Elon Musk (@elonmusk) December 18, 2022ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan CNNIndonesia.com per pukul 6.55 WIB, sudah ada sekitar 2,3 juta suara yang mengikuti voting tersebut. Hasilnya, 56,7 persen suara menginginkan Musk mundur dari jabatannya, sementara 43,3 persen menginginkan sebaliknya.
Inisiatif Musk menggelar voting direspon beragam oleh warganet. Akun @DavidLimbaugh mengaku tak percaya, Musk membuat voting demikian.
Namun ia mengajak warganet lain untuk memilih 'No' dalam voting tersebut. "Saya tidak percaya @ElonMusk akan mempertimbangkan hal seperti ini sekarang, tetapi mari mencuit ulang (RT) twit ini kepada warganet yang berorientasi 'like' dan memastikan kita semua memilih 'Tidak" tulisnya.
I can’t believe @ElonMusk would even consider this right now, but let’s all RT this to our like-minded tweeps and make sure we all vote “NO.” https://t.co/AoeJxMEo6d
— David Limbaugh (@DavidLimbaugh) December 18, 2022
Di sisi lain, ada pula warganet dengan akun @HammerToe yang merasa voting ini dibuat lantaran Musk sudah tak tahan "berpura-pura peduli tentang kebebasan berbicara".
"Saya kira dia menyadari, dia tidak bisa lagi berpura-pura peduli tentang kebebasan berbicara, jadi dia kesal dengan sedikitnya pendukung yang dia miliki. Dengan cara ini, Musk bisa bersembunyi dan mengatakan 'publik telah berbicara" tulisnya.
I think he's realised he can no longer pretend to care about free speech, so he's pissed off what few supporters he had. This way he can slink off and just say "people have spoken".
— Matt Hamilton (@HammerToe) December 18, 2022
Ada pula warganet yang tidak percaya, Musk mengandalkan voting Twitter untuk membuat keputusan besar seperti itu. "Ide bahwa seseorang membuat keputusan untuk perusahaan yang dia beli senilai $44 miliar lewat voting Twitter itu benar-benar mengejutkan," tulis akun @podesta_lesley.
The idea that someone makes decisions on a company he bought for $44b by running a twitter poll is astonishing
— Lesley Podesta (@podesta_lesley) December 18, 2022
Akun lain dengan nama @theprism89 juga meminta Musk mundur karena "merusak demokrasi".
"Dengan hormat, mundurlah. Anda merusak demokrasi kita," tulisnya.
Please step down, you ruined our democracy.
— Johnathan 🇵🇷 (@theprism89) December 18, 2022
Musk menjadi CEO Twitter segera setelah akuisisinya rampung pada akhir Oktober lalu. Ia memecat beberapa petinggi termasuk CEO sebelumnya, Parag Agrawal.
Sejak saat itu, kontroversi tak berhenti hadir di Twitter. Musk antara lain memecat ribuan karyawan , melelang barang-barang kantor, membuka lagi akun Twitter Donald Trump, hingga memblokir sejumlah akun yang dianggapnya berbahaya.
Beberapa akun yang diblokir Musk antara lain akun milik jurnalis CNN, Washington Post, dan New York Times. Musk memblokir akun mereka lantaran dianggap telah men-doxing dirinya.
Musk sendiri mengklaim telah membuka kembali akun-akun tersebut. Hal itu dilakukan setelah muncul beragam protes termasuk dari PBB.
Kepala komunikasi PBB Melissa Fleming menulis pada akun Twitternya jika ia sangat terganggu oleh penangguhan akun jurnalis yang dilakukan Musk. Bagi Fleming, kebebasan media bukanlah mainan.
Kementerian Luar Negeri Jerman juga memperingatkan Twitter apabila mereka melakukan tindakan yang membahayakan kebebasan pers.
(lth)