Frisbee melahap potongan ikan dan udang yang disodorkan oleh petugas pada suatu siang November lalu. Sambil mengapung, dia tampak asyik menghabiskan makan siangnya.
Frisbee adalah seekor penyu jantan seberat 24 kilogram. Namun nasib buruk menimpa, kedua sirip depannya buntung akibat terjerat sampah jaring. Frisbee ditemukan mengapung di sekitar perairan North Male Atoll, Maladewa 4 tahun silam.
Akibat kedua siripnya buntung, Frisbee kehilangan daya apung yang baik dan tak bisa menyelam ke laut dalam sehingga sulit mencari makan. Tak lagi bebas mengarungi samudera, kini hidup Frisbee hanya sebatas kolam selebar tiga kali empat meter persegi di Pusat Konservasi, MarineSavers yang berlokasi di Four Seasons Resort, Maladewa.
Menurut, Katrina Himpson, dokter hewan yang bertugas di MarineSavers, usia Frisbee diperkirakan lebih dari 30 tahun berdasarkan diameter karapas selebar 57,5 cm. Dalam kondisi lingkungan yang baik, penyu bisa hidup sampai 80-100 tahun.
"Saat ini Frisbee tidak bisa dilepasliarkan kembali ke laut. Dia menjadi kandidat untuk program Flying Turtle. Frisbee akan menjadi Duta Penyu untuk meningkatkan kepedulian terhadap spesies penyu," kata Himpson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Frisbee, di kolam yang lain juga ada Maw yang sirip kiri depan juga buntung akibat jaring. Maw adalah penyu betina yang diselamatkan sejak 2019. Maw ditemukan mengapung di sekitar perairan Atol Kaafu, Maladewa. Maw memiliki berat 21.6 kg dengan diameter karapas 55.8 kilogram.
Dia pun kembali diajari untuk bisa kembali menyelam dan suatu hari ini diharapkan bisa dilepasliarkan ke samudera.
Saat ini, Pusat Konservasi Marinesavers merawat lima penyu buntung yaitu Frisbee, Maw, Artemis, Emma dan Ari. Semuanya ditemukan dalam kondisi sirip terluka akibat jeratan jaring dan karena luka yang parah, sirip mereka harus diamputasi.
Para tamu di Four Season Resort bisa melihat langsung ketika para perawat memberi makan penyu dua kali per hari.
Salah satunya Antonio beserta istrinya Isabella, pasangan turis dari Spanyol yang tengah menikmati bulan madu di Maladewa. Mereka terkesan bahwa pihak resort memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi.
"Luar biasa. Sebab, resor membagi sebagian keuntungan dari wisatawan yang datang untuk membiayai pusat konservasi ini. Sehingga penyu-penyu bisa dirawat dengan baik," kata Antonio.
Selain memiliki program rehabilitasi penyu, Pusat Konservasi Marinesavers juga melakukan rehabilitasi terumbu karang. Mereka menyiapkan platform yang terbuat dari logam lalu mengikat bibit karang di batang platform.
Platform yang sudah dipenuhi bibit karang lalu dicemplungkan ke perairan Kuda Huraa and Landaa Giraavaru di Kepulauan Maladewa. Setiap bulan, tim Marinesavers memantau pertumbuhan karang dengan menggunakan robot dan pengukuran manual.
Marinesavers juga memiliki fasilitas laboratorium yang meneliti berbagai biota laut seperti udang endemik Maladewa hingga ikan badut alias clown fish. Pengunjung bisa menikmati akuarium yang berisi aneka biota laut sekaligus mempelajari kehidupan ekosistem laut bersama para staf Marinesavers.
Pusat konservasi Marinesavers sudah berdiri sejak 2012 di pinggir pantai Landaa Giraavaru, Maladewa. Sejak 10 tahun lalu, Marinesavers melaksanakan program konservasi, penelitian dan edukasi Pari Manta.
Pari Manta adalah salah satu makhluk paling karismatik di lautan. Di banyak lokasi wisata laut, Pari Mantai merupakan daya tarik bagi para wisatawan dan penyelam termasuk di Maladewa.
Banyak hal mengenai kehidupan Pari Manta yang masih misterius dan terus dipelajari para ilmuwan. Termasuk juga melindungi ekosistem laut agar penyu macam Frisbee dan Maw tak terjerat derita yang sama.
(asa)