Viral sebuah cuplikan video pakar feng shui yang menyebut secara feng shui posisi kasur di kamar dapat membuat seseorang menjadi jomblo atau kesulitan mendapat pasangan. Apakah itu punya sisi ilmiah?
Cuplikan tersebut berasal dari acara Ruang Fengshui bertajuk "unsur penting yang harus ada di setiap rumah tahun 2022" yang diunggah pada Januari 2022. Dalam acara tersebut, Feng Shui Strategist Hendra Kusumawi tampak mengomentari tata letak sebuah kamar.
"Kasur yang baik adalah di tengah dan ada meja kiri kanan. Ini untuk keseimbangan. Ada juga kamar anak, disediakan kamar anak tapi kasurnya itu di pojokan, itu kurang bagus. Salah satu efek negatifnya adalah anaknya jomblo, susah cari pacar," katanya dalam acara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Tayangan ini belakangan viral di jagat maya dan mendapat komentar dari warganet, salah satunya dari akun @goodghan.
"Maklum gak punya banyak teman chinese, dan sempet nganggep kalo feng-shui itu bullshit. Tapi gara-gara koko ini gw jadi tau kalo letak kasur harus di tengah biar energinya seimbang, kalo taruh pojok bisa bikin jomblo terus," tulisnya dalam sebuah cuitan pada Jumat (6/1).
Dilansir The Spruce, Feng Shui didefinisikan sebagai praktik menyusun potongan-potongan di ruang hidup untuk menciptakan keseimbangan dengan alam. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan kekuatan energi dan membangun keharmonisan antara individu dan lingkungannya.
Dalam sebuah studi yang ditulis Špela Kryžanowski dari University of Primorska, Slovenia, feng shui adalah sistem yang terlalu heterogen, sehingga cukup sulit untuk membuat kesimpulan apakah praktik ini dapat diterapkan dalam desain modern atau tidak.
Setiap teori atau teknik dalam feng shui seperti air, tanaman hijau, aliran qi (chi), bintang terbang, sistem timur-barat, dan lain-lain harus dipelajari lebih dari satu kali, dengan beberapa pendekatan berbeda.
Kryžanowski lantas menelusuri salah satu teknik, yakni school of form. Teknik ini merupakan analisis tanah di luar bangunan beserta konturnya seperti pegunungan dan posisi sumber air. Ia menyebut rekomendasi dari teknik ini mirip dengan psikologi lingkungan dan keberlanjutan.
Teknik ini setengahnya berfokus pada posisi bangunan di lingkungan, sementara setengah lainnya berfokus pada interior.
Dalam studinya, Kryžanowski mengutip makalah berjudul Are Feng shui Bedroom Rules Practical from the Architectural Perspective? yang memuat interview dengan 16 arsitek dan analisis pada 30 tata letak kamar tidur.
Para penulis paper ini menyebut Hubungan antara posisi tempat tidur dan dinding kamar mandi tidak terlalu penting bagi arsitek, begitu pula orientasi kompas, namun kedua parameter tersebut penting dalam feng shui.
Kryžanowski juga mengutip studi dari Poulston dan Bennett yang mengaitkan feng shui dan kesuksesan bisnis. Analisis ekonomi paralel terhadap kinerja delapan hotel dilakukan melalui wawancara terstruktur dengan para manajer.
Hasilnya menunjukkan enam dari delapan hotel memiliki kemiripan yang tinggi antara kinerja hotel dan penilaian feng shui dan menunjukkan bahwa hotel dengan feng shui yang baik juga lebih berhasil.
Kelemahan dari penelitian ini adalah ukuran sampel yang kecil dan subjektivitas kinerja ekonomi, yang diperoleh tanpa analisis keuangan faktual.
Dari sederet studi tersebut, Kryžanowski menyimpulkan hingga saat ini tidak ada data yang meyakinkan untuk menunjukkan efek positif yang signifikan dari penggunaan rekomendasi feng shui jika dibandingkan praktik desain yang kompeten, terutama yang menggunakan psikologi lingkungan dan keberlanjutan.
Meski demikian, studi berjudul Feng Shui: A Comprehensive Review of its Effectiveness Based on Evaluation Studies tersebut menunjukkan setiap ruang memiliki potensi kehidupan, yang dapat diwujudkan melalui desain yang tepat dan dirasakan dalam ruang fisik.
"Saya menyimpulkan bahwa potensi terbesar feng shui untuk arsitektur kontemporer (berdasarkan apa yang diketahui melalui penelitian saat ini) tidak begitu banyak dalam penerapan praktis teknik dan rekomendasinya, karena sebagian besar sudah termasuk dalam praktik desain sehari-hari, kecuali dalam landasan filosofis dan konseptualnya," tulis Kryžanowski.
(lom/arh)