Astronaut UEA Klaim Tak Wajib Puasa di Luar Angkasa, Apa Alasannya?

CNN Indonesia
Jumat, 27 Jan 2023 18:48 WIB
Astronaut UEA Sultan AlNeyadi mengaku tak akan puasa Ramadhan di ISS. Cek alasan ilmiahnya, selain alasan agama, sesuai kondisi luar Bumi.
Astronaut Sultan AlNeyadi (kanan) mengungkap alasan tak wajib puasa di ISS. (AP/Jon Gambrell)
Jakarta, CNN Indonesia --

Astronaut Uni Emirat Arab (UEA) Sultan AlNeyadi mengaku tak bakal berpuasa Ramadan saat menjalani misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Apakah ada pembenaran akibat kondisi di luar Bumi?

AlNeyadi akan menjadi astronaut Arab pertama yang akan menghabiskan waktu enam bulan di luar angkasa, tepatnya di ISS bulan depan. Ia akan berangkat menggunakan roket Falcon 9 milik Space X.

Selain AlNeyadi, ikut dalam misi ini adalah astronaut NASA, yakni Stephen Bowen dan Warren Hoburg; serta astronaut Rusia, Andrey Fedyaev. Mereka akan berangkat ke ISS pada 26 Februari sebagai anggota kru-6 SpaceX Dragon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya masuk ke dalam kategori musafir dan kami sebetulnya bisa tidak berpuasa. Itu bukan kewajiban," kata AlNeyadi dalam jumpa pers seperti dilansir AFP.

"Sebetulnya, berpuasa tidak wajib, jika Anda merasa tidak enak badan" ia menambahkan.

AlNeyadi dan para astronaut lain akan menggantikan empat anggota Dragon Crew-5 yang telah berada di ISS sejak Oktober lalu. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) memprediksi, serah terima antara kedua kru itu akan berlangsung selama lima hari.

Dia juga mengatakan puasa tidak wajib jika membahayakan atau mengancam misi ini. Selain itu, ada keselamatan astronaut lain yang harus menjadi pertimbangan.

"Jadi, dalam hal itu, semua hal yang bisa membahayakan misi ini, atau membahayakan kru lain, kami diperbolehkan makan makanan yang cukup," kata dia.

AlNeyadi bukan astronaut muslim pertama yang berangkat ke ISS jelang Ramadan. Pada 2007, astronaut Malaysia Sheikh Muszaphar juga diizinkan tidak berpuasa saat melakoni misi ke ISS yang berlangsung selama 10 hari.

"Ketika Anda dalam perjalanan ke sana, tidak ada kewajiban untuk berpuasa," kata Menteri Ilmu Pengetahuan Malaysia saat itu, Jamaluddin Jarjis, seperti dikutip dari Space.

Selain puasa, Muszahphar juga diperbolehkan untuk solat hanya tiga kali sehari. Hal itu bertujuan untuk mengurangi ketidaknyamanan saat berada di zona nol gravitasi di ISS.

Fatwa puasa

Beberapa perbedaan kondisi di luar angkasa dan Bumi dinilai menyulitkan pelaksanaan berbagai jenis ibadah. Di antaranya, gravitasi nol dan ISS yang mengitari Bumi 16 kali sehari.

Efeknya, salat tak bisa menghadap kiblat atau bersujud, tak bisa salat lima waktu dan puasa sesuai kondisi aktual luar angkasa (karena belasan kali mengalami matahari terbit dan tenggelam dalam 24 jam).

Berkaitan dengan ini, Komisi Fatwa Malaysia pernah mengeluarkan panduan beribadah di ISS.

Tercakup di dalam panduan itu antara lain soal istinja (membersihkan diri), aturan soal kiblat, waktu solat, berpuasa, perilaku terhadap jenazah, dan masalah lain seperti makanan dan pakaian.

Lihat Juga :

Soal puasa, Komisi Fatwa Malaysia menulis: "puasa boleh dilakukan di ISS atau diganti saat telah tiba di Bumi. Waktu puasa di ISS mengikut zona waktu dari lokasi peluncuran para astronaut."

Terkait salat, Komisi Fatwa Malaysia mengatakan waktu salat didefinisikan sesuai dengan durasi 24 jam atau satu hari di Bumi. Waktunya pun merujuk kepada tempat astronaut diluncurkan serta tetap harus menghadap Ka'bah.

Hanya saja, Komisi Fatwa memperbolehkan para astronaut untuk berbaring atau menggunakan kedipan mata sebagai indikator perubahan gerakan solat, jika gerakan normal tidak dimungkinkan.

Pada tahun ini, Ramadhan jatuh pada 22-23 Maret. Sementara, Idul Fitri jatuh pada 22-23 April 2023. 

[Gambas:Video CNN]

(lth/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER