Strategi Tangkal Kekurangan Air Versi BMKG saat Kemarau Kering

Indonesia diprediksi akan masuk ke fase kemarau kering mulai Februari di segelintir wilayah meski sebagian besar masih hujan hingga April. Apa yang mesti dilakukan untuk menyiasati potensi kekurangan air?

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan memanen air hujan menjadi salah satu langkah untuk mengatasi kekeringan akibat fenomena El Nino.

"Seluruh masyarakat dan Pemerintah Daerah bisa memanen air hujan yang sudah turun Januari dan sejak tahun lalu memenuhi waduk-waduk, embung-embung itu jangan disia-siakan lari ke sungai dan laut," ujar dia secara virtual, Jumat (27/1).

Ia mengklaim BMKG sudah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BRIN untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengisi waduk lewat awan hujan yang disemai di wilayah penampungan air.

"Mumpung awan dekat ke waduk hujan turun ke danau atau waduk. Jadi konsepnya adalah menyimpan dan menampung air hujan saat nanti kekurangan air," ujarnya.

Di samping itu Dwikorita tidak menyarankan untuk memperdalam sumur bor. Namun ia tidak menjelaskan apa maksud dari larangan memperdalam sumur bor yang kerap terdapat di tiap rumah-rumah warga,

"Ada juga melakukan (pendalaman) boran air dari tanah. Ini pandangan kami, kalau salah mohon maaf, lebih baik kita optimalkan air yang ada di permukaan dulu, ditampung seperti tadi. Itu bisa dilakukan oleh komunitas masyarakat," tuturnya.

Ia menjelaskan masyarakat di desa-desa ada yang sudah membuat bendungan sebagai penampungan air. Jadi, ketika terjadi kekeringan, bendungan bisa dialirkan ke irigasi sehingga bisa jadi sumber air ketika kemarau datang.