Reichard menyodorkan istilah model perkawinan poligini komunitas lokal (LCMP) sebagai alternatif lain untuk menjelaskan evolusi monogami sosial pada owa.
Hubungan semacam ini menggabungkan hidup dengan satu pasangan inti dan kawin dengan beberapa betina lain di lingkungan setempat. Lingkungan ini mencakup semua individu yang berbagi wilayah itu atau wilayah jelajah yang berdekatan.
Peneliti menyebut hubungan erat antara sepasang owa "kemungkinan untuk menghindari penggunaan sumber daya tidak terkendali oleh jantan yang berbagi jangkauan betina."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data awal tentang strategi pemberian makan dari KhaoYai, semua betina dari tiga kelompok studi menikmati akses prioritas ke sumber makanan.
Pada saat yang sama, campur tangan strategi makan jantan memang menurun terhadap eksploitasi sumber daya betina itu.
"Satu hubungan pasangan yang dekat mungkin sebenarnya mencerminkan upaya untuk memaksimalkan peluang reproduksi dengan tambahan mitra," lanjut periset.
Reichard pun berasumsi bahwa aktivitas menyanyi owa merupakan kompetisi antar jantan untuk mendapatkan pasangan tambahan.
"Menarik untuk memperlajari apakah kegiatan menyanyi pejantan mungkin lebih baik dipahami sebagai hasil dari kompetisi para jantan untuk mraih betina ekstra," ucapnya, mengutip studi Leighton (1987) serta Geissmann & Orgeldinger (2000).
"Ketimbang pemahaman yang lebih tradisional bahwa kegiatan bernyanyi siamang terutama mencerminkan kepentingan timbal balik dari pasangan jantan dan betina," lanjut dia.
Lihat Juga :101 SCIENCE Kenapa Gerak Sloth Lambat Banget? |
Menurut dia, pengamatan di Khao Yai menunjukkan bahwa "setidaknya hubungan pasangan owa setahan lama seperti yang diasumsikan secara umum, dan bahwa mereka jarang, jika pernah, bertahan [dengan pasangannya] seumur hidup."
(tim/arh)