Usul Nama Gunung Bawah Laut Pacitan 'Jogo Jagat', Ada Potensi Bahaya?

CNN Indonesia
Selasa, 21 Feb 2023 15:01 WIB
Pemkab Pacitan mengusulkan nama 'Jogo Jagat' buat gunung bawah laut yang baru ditemukan. Adakah potensi bahaya dari gunung ini?
Ilustrasi. Gunung bawah laut di dekat Pacitan sudah dapat usulan nama. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Asf/Spt/15.)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gunung bawah laut yang ditemukan di perairan Pacitan, Jawa Timur, mendapat usulan nama "Jogo Jagat" sebagai bentuk harapan memberi kebaikan bagi warga sekitar. Memangnya ada potensi bahaya?

"Ya, [usulan] nama itu kami sampaikan saat diundang pertemuan via Zoom. Kemudian diminta menyampaikan usulan nama [gunung bawah laut]," kata Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, di Pacitan, Senin (20/1) dikutip dari Antara.

Nama Jogo Jagat, katanya, dipilih karena mengandung doa dan makna filosofi tinggi. Kata "Jogo" yang diambil dari bahasa Jawa memiliki makna harfiah dengan menjaga, sedangkan kata "Jagat" berarti bumi/dunia atau dalam pemaknaan lebih luas memiliki identifikasi alam semesta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Doa kita semua (keberadaan) gunung ini tidak akan membawa dampak yang tidak baik. Sebaliknya, harapan kita semua gunung ini bisa menjaga Pacitan, menjaga Jawa, menjaga Indonesia, dan dunia dari musibah, marabahaya dan sebagainya," kata politikus yang akrab disapa Aji itu.

Aji pun mengimbau masyarakat untuk berpikir positif terhadap kemunculan gugusan gunung di dasar laut barat daya Pacitan itu. Menurutnya, sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan potensi bahaya dari aktivitasnya.

Sebaliknya, dari kacamata kemaritiman, kawasan gunung bawah samudera dapat menjadi habitat binatang laut.

"Mungkin juga dengan gunung ini maka ikan-ikan jadi terlindungi, lebih banyak, dan sebagainya. Jadi kita husnudzon. Kan selama ini kita kan memang hidup di kawasan pegunungan," ucapnya.

Gunung yang diidentifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG) itu memiliki ketinggian sekitar 2.300 meter dari dasar laut, berada sekitar 200 kilometer di barat daya Kota Pacitan. Puncak gunung ini sekitar 3-4 kilometer dari permukaan air laut.

Status gunung api belum jelas

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan Jawa Timur Erwin Andriatmoko mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir apalagi panik dengan informasi temuan gunung bawah laut di perairan setempat.

"Gunung itu betul ada, akan tetapi tidak ada kaitannya dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di wilayah Pacitan selama ini. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir," kata dia.

"Tidak pernah ada dalam sejarah kemunculan gunung, apalagi gunung sebesar itu dengan tiba-tiba. Dalam artian sekali proses gempa. Berarti gunung itu sudah lama ada cuma baru terdeskripsi atau baru ditemukan," lanjutnya.

Dengan logika dasar itu, Erwin memastikan tidak ada kaitan antara keberadaan gunung bawah laut itu dengan aktivitas kegempaan yang kerap terjadi dan dirasakan di wilayah Pacitan.

Erwin mengaku juga sudah berkoordinasi dengan pejabat/petugas di BIG yang khusus menangani masalah pergunungan.

Dari hasil diskusi via telepon saat itu, Erwin berkesimpulan bahwa gunung bawah laut di barat daya Kabupaten Pacitan itu terbentuk akibat tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi sejak berjuta tahun lalu.

"Gunung itu terbentuk karena aktivitas lipatan lempeng. Sama seperti Gunung Jaya Wijaya, Gunung Everest. Everest itu kalau dilihat dari sejarahnya itu dulu lautan, sekarang menjadi gunung tertinggi di dunia. Jadi sama saja, bahwa itu terbentuk karena proses alam lipatan yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu, sehingga terbentuklah gunung seperti itu," paparnya.

Terkait ancaman dampak keberadaan gunung bawah laut, ia mengakui sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa memantau aktivitas vulkanologi sedalam lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut.

"Itu menjadi kesulitan tersendiri. Jadi tidak bisa dipantau aktivitas vulkanologinya," akunya.

"Yang bisa itu seperti gunung di Sulawesi Utara, itu pun tidak bisa maksimal. Karena alat tidak bisa berfungsi sempurna. Hanya di Sulawesi Utara itu aktivitas vulkanologi [bawah laut] bisa diidentifikasi dari peningkatan gelembung di seputaran gunung serta fenomena kematian ikan dalam jumlah masif," papar dia.

Menurut sejarahnya di Indonesia maupun di dunia, ia menyatakan tidak pernah ada aktivitas vulkanologi gunung berapi yang bisa mengakibatkan gempa bumi yang memicu tsunami kecuali di Tonga, sekitar Kepulauan Fiji.

"Gunung Tonga itu beraktivitas karena gunungnya besar, sehingga mengakibatkan gempa yang besar (dan memicu tsunami)," katanya.

Yang perlu diwaspadai saat ini, kata dia, adalah potensi aktivitas tektonik dari lempeng bumi yang selama ini menjadi pembentuk gunung.

"Jadi yang perlu kita waspadai bukan aktivitas vulkanologi dari gunung itu, jika itu memang gunung api. Cuma sampai saat ini kan kita belum mendapat kepastian apakah itu gunung api atau bukan."

"Tapi kalau pun itu gunung api, kita sebaiknya lebih mewaspadai potensi aktivitas lempeng bumi di pesisir selatan, karena yang bisa mengakibatkan tsunami hanya itu," tandasnya.

(antara/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER