Bukan langit bertabur bintang. Peta angkasa yang dirilis tim peneliti astronomi menampilkan lebih dari 25 ribu black hole atau lubang hitam di angkasa.
Peta yang diterbitkan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics ini disebut peta langit paling detail di bidang frekuensi radio rendah. Para astronom menggunakan 52 stasiun dengan antena Low Frequency ARray (LOFAR) yang tersebar di sembilan negara Eropa.
Bagi mata yang tidak terlatih, peta langit tersebut tampak seperti ribuan bintang, tetapi sebenarnya itu adalah lubang hitam supermasif. Setiap lubang hitam terletak di galaksi yang berjauhan. Emisi gelombang radio dipancarkan oleh materi yang dikeluarkan saat mendekati lubang hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin penelitian Francesco de Gasperin dari Universität Hamburg, Jerman menyebut penelitian ini hasil dari pekerjaan bertahun-tahun.
"Ini adalah hasil kerja bertahun-tahun pada data yang sangat sulit. Kita harus menemukan metode baru untuk mengubah sinyal radio menjadi gambar langit," katanya pada 2021, seperti dikutip dari Universitas Leiden.
Ketika mereka tidak melakukan aktivitas, lubang hitam tidak mengeluarkan radiasi yang dapat dideteksi, membuat mereka lebih sulit ditemukan.
Namun, ketika sebuah lubang hitam secara aktif menghisap material, gaya intens yang terlibat menghasilkan radiasi dengan berbagai panjang gelombang yang dapat kita deteksi melintasi ruang angkasa.
Peta lubang hitam disebut begitu istimewa karena mencakup panjang gelombang radio ultra-rendah yang terdeteksi oleh LOFAR di Eropa. Jaringan interferometrik ini terdiri dari sekitar 20.000 antena radio, dan tersebar di 52 lokasi di seluruh Eropa.
Saat ini, LOFAR adalah satu-satunya jaringan teleskop radio yang mampu melakukan pencitraan beresolusi tinggi dan dalam pada frekuensi di bawah 100 megahertz. Hasilnya, teleskop ini dapat menghasilkan pemandangan langit yang tiada duanya.
Dikutip dari ScienceAlert, peta tersebut mencakup empat persen dari langit utara. Peta ini merupakan bagian pertama dari rencana ambisius untuk mencitrakan seluruh langit utara dalam frekuensi sangat rendah, LOFAR LBA Sky Survey (LoLSS).
Dikarenakan berbasis di Bumi, LOFAR memang memiliki rintangan signifikan yang harus diatasi, yakni ionosfer. Ini sangat bermasalah untuk gelombang radio frekuensi ultra rendah, yang dapat memantul kembali ke luar angkasa.
Frekuensi yang menembus ionosfer dapat bervariasi sesuai dengan kondisi atmosfer. Untuk mengatasi masalah ini, tim menggunakan superkomputer yang menjalankan algoritme untuk mengoreksi interferensi ionosfer setiap empat detik. Selama 256 jam LOFAR menatap langit, cukup banyak koreksi yang dilakukan.
Proses komputer tersebut yang akhirnya membuat para peneliti mendapatkan pandangan yang jelas tentang langit dengan frekuensi sangat rendah.
"Setelah bertahun-tahun pengembangan perangkat lunak, sungguh luar biasa melihat bahwa ini benar-benar berhasil," kata Huub Röttgering, astronom dari Observatorium Leiden di Belanda.
(lom/arh)