MEET THE GEEK

Nikko dan Hacker yang Tak Selamanya Harus Menyerang

CNN Indonesia
Jumat, 03 Mar 2023 18:24 WIB
Nikko Enggaliano Pratama, pegiat siber, menyebut hacker tak selamanya penjahat yang menyerang situs pihak lain. Keterampilan bertahan memberi banyak hal.
Ilustrasi. Peretas 'baik' biasa disebut white hat hacker. (iStockphoto)

Di masa awal kuliah, Nikko masih berfokus pada sisi pertahanan siber atau yang juga dikenal dengan blue team. Ia menjelaskan pembelajaran skill keamanan siber dibagi menjadi dua, yakni serangan (red team) dan pertahanan (blue team).

Ia juga mencoba membagikan ilmu hacking-nya di sebuah platform yang dibuatnya. Malang, platform tersebut juga menjadi sasaran peretas.

"Itu di-hack-nya di waktu saya ulang tahun. Jadinya merasa kado saya ini terlalu spesial," tutur Nikko yang tertawa ketika mengingat momen tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan ini membuat dirinya, yang kala itu merasa sudah mapan dalam hal pengetahuan pertahanan siber, tertegun. Ia pun berpikir ulang soal kemampuannya sambil mencari kekurangan diri.

Usai evaluasi itu, Nikko sadar ia kurang pengetahuan soal serangan.

"Di situlah saya coba menyerang website saya sendiri, saya pelajari perlahan. Saya tidak dapat hanya mengandalkan pertahanan, karena saya perlu tahu sudut pandang dari penyerang," katanya.

Sejak saat itu Nikko berganti 'karier' menjadi red team untuk memperdalam pengetahuannya di bidang serangan siber.

Ia mengaku pendalaman serangan siber itu tak pernah dipraktikkan ke aset digital milik orang lain. Uji coba skill, kata dia, selalu dilakukan "pada tempatnya."

Pada 2018, konsultan keamanan siber ini kembali mengikuti kompetisi bernama Born to Protect yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Nikko menyabet peringkat kedua pada tingkat regional yang membawanya ke Jakarta untuk mengikuti bootcamp atau pelatihan keamanan siber.

Bersama 99 orang lain yang datang dari seluruh Indonesia, Nikko menghabiskan waktu 1 bulan untuk memantapkan ilmunya di dunia keamanan siber.

Hasilnya, kepiawaian Nikko membuatnya kerap diundang sebagai juri dan pembuat soal untuk kompetisi keamanan siber yang diadakan berbagai instansi.

Kepiawaian Nikko baru-baru ini juga berhasil membongkar kejahatan siber dengan modus aplikasi pencuri data APK yang disamarkan menjadi foto paket dari kurir dan undangan nikah palsu.

Dunia hacker RI

Nikko yang aktif di komunitas keamanan siber turut bercerita tentang kondisi dunia hacker tanah air. Menurutnya, praktisi cybersecurity engineer di tanah air memang masih susah dicari meski tidak sesusah dulu.

"Dulu nyarinya 1 banding 10 ribu, sekarang 1 banding 100. Udah cukup banyak," aku dia.

Terkait skill-nya, Nikko menyebut Indonesia "selalu punya hacker di level internasional."

Ia mengutip sejumlah nama seperti tim Fast Affine Project dan Boys Who Cry yang kerap menyabet podium di kompetisi hacking internasional.

"Kemarin negara kita dilabeli negara open-source sama netizen, padahal SDM kita bersaing di level dunia," ujarnya.

Untuk menjadi hacker, Nikko memiliki tips tersendiri. Menurut dia, kuncinya adalah bisa melakukan programming. Dia menganalogikan programmer sebagai arsitek bangunan dan hacker adalah pencuri yang ingin menjebol rumah.

"Hacker itu kayak orang yang menjebol rumah, dia harus tahu struktur rumah agar tahu di mana celahnya," terangnya.

Ketika mengetahui struktur rumah berkat keahlian pemrograman, hacker nantinya bisa lebih mudah menjebol rumah. Dalam kasus white hacker, kata Nikko, mereka malah menambal celah tersebut.

Tak ketinggalan, mereka juga banyak dicari untuk dipekerjakan keahliannya, mengungkap banyak kasus, hingga memberi banyak gelar juara kompetisi.

Seperti kata Sir Alex Ferguson, pelatih legendaris, suatu ketika, "Attack wins you games, defence wins you titles".

(lom/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER