Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan adanya api diam yang terpantau di Gunung Merapi.
Api diam yang berada di kubah lava barat daya Merapi tersebut teramati dalam periode pengamatan BPPTKG tanggal 13 Maret 2023 pukul 18.00 - 24.00 WIB.
"Api diam itu penampakan rona merah, biasanya akibat lava yang panas," ujar Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso saat dihubungi, Selasa (14/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Agus Budi menjelaskan, munculnya api diam merupakan fenomena yang wajar pada gunung api yang sedang aktif.
"Ini wajar teramati di kubah lava yang sedang aktif," kata Agus Budi.
BPPTKG selama periode pengamatan itu, tak mencatat adanya awan panas guguran maupun lava pijar yang keluar dari Gunung Merapi.
Awan panas guguran baru terpantau keluar sebanyak dua kali berdasarkan pengamatan BPPTKG periode Selasa (14/3) pukul 00.00-06.00 WIB. Jarak luncurnya mencapai 1,6 sampai 2 kilometer mengarah ke barat daya.
Selain itu teramati 15 kali kejadian guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1,5 kilometer ke arah barat daya.
BPPTKG sejauh ini masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran di beberapa titik. Yakni, di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.
Berdasarkan pemodelan kedua kubah lava tersebut, BPPTKG menentukan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Bebeng, dan Krasak sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran abu vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
(kum/lth)