LAPORAN DARI AMAZON

Tipping Point di Amazon, Kenapa Tak Terdengar di Indonesia?

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Rabu, 29 Mar 2023 11:26 WIB
Isu tipping point jadi salah satu poin krusial dalam pembahasan isu kerusakan linkungan. Tapi mengapa isu ini nyaris tak ada gaungnya di Indonesia.
Tower setinggi 40 meter untuk memantau burung dan pusat penelitian cuaca Amazon. (Michael Dantas / United Nations Foundation)
Jakarta, CNN Indonesia --

Terengah-engah kami mendaki sambil berpegangan erat pada railing tangga. Hari baru saja diguyur hujan pagi di bulan Oktober 2022 itu, menyisakan rintik-rintik yang membuat anak tangga dari besi jadi licin.

Tower setinggi 40 meter yang kami naiki adalah menara pemantau burung, satwa, dan segala macam keperluan riset yang terletak di dalam perut hutan Amazon. Untuk menjangkaunya diperlukan empat jam perjalanan dari Manaus, ibukota negara bagian Amazonas, Brasil.

Sampai di puncak, Menara berderak sedikit ke kanan-kiri, tetapi untung perhatian segera terpusat pada pemandangan sekeliling: atap hutan tropis Amazon yang hijau keputihan, segar dan ramai oleh suara satwa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam 60 menit berikutnya saya dan rombongan wartawan asing dari seluruh dunia yang beruntung diundang UN Foundation mengunjungi hutan Amazon sibuk mengagumi belasan spesies burung yang hingga di puncak pepohonan di sekeliling.

Tukan, kakatua, egret, elang, juga serombongan monyet yang jejeritan (howling monkeys) entah dari arah mana. Dengan lensa tele, akan kelihatan warna-warni bulu dan gerak-gerik burung-burung indah endemik Amazon ini.

Sekilas, tampak tak ada yang aneh dari hutan ini. Amazon adalah salah satu ekosistem hutan tropis paling penting di dunia. Luasan hutan dan sungai Amazon mencapai tujuh juta kilometer dan merupakan bagian dari delapan negara, termasuk Brasil.

Namun menurut sejumlah studi, Amazon sedang berada di titik nadir. Salah satu studi yang diterbitkan Nature Climate Oktober tahun 2021 menyebut Amazon terancam berubah jadi savannah (padang rumput) dalam lima tahun jika peralihan guna hutan terus terjadi.

Titik balik (tipping point) akan menyebabkan Amazon yang selama ini jadi penyedot emisi karbon dunia (carbon sink) justru jadi biang emisi karbon (carbon source). Ini akan memicu percepatan perubahan iklim yang sulit diperbaiki dan mengundang berbagai bencana dahsyat.

"Tanda-tandanya sekarang sudah bisa kita lihat. Kita sekarang ada di tengah Amazon dan tahun ini kita mengalami kekeringan parah. Banyak bagian dari Amazon yang saat ini kekeringan, banyak suku asli terisolasi di tengahnya," kata Rita Mesquita, seorang ilmuwan yang sudah meneliti dampak deforestasi Amazon selama 40 tahun.

Studi menunjukkan satwa Amazon mulai mengalami perubahan diduga akibat perubahan iklim. ©Studi menunjukkan satwa Amazon mulai mengalami perubahan diduga akibat perubahan iklim. (Foto: Michael Dantas / United Nations Foundation)

Menurut Mesquita kekeringan akan menyulut lebih banyak kebakaran hutan dan memperparah krisis air di Amazon.

Dengan berkurangnya daerah tutupan hijau, kemampuan Amazon untuk memproduksi uap air guna mendorong terciptanya hujan juga akan berkurang. Dampaknya akan sangat serius -- bukan hanya di Amazon tetapi sampai berbagai wilayah Benua Amerika lainnya seperti kebakaran hutan di Amerika Serikat dan terancamnya hasil panen di berbagai negara di Amerika Selatan.

Lanjut ke halaman sebelah...

Debat Tipping Point

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER