Kecipak air terdengar pelan, bersama dengan laju perahu yang kami tumpangi menyusur Sungai Ariau, salah satu anak Sungai Amazon.
Matahari biasanya sudah ganas menyengat di atas pukul 06.00 pagi, kata Moacir Mendes pemandu perahu kami. Tapi pagi Minggu di bulan Oktober 2022 lalu, cuaca agak mendung sehingga beruntung kami bisa berlayar tanpa kepanasan.
Delapan orang duduk dalam barisan bangku perahu, diam tidak mengobrol. Sengaja supaya suara satwa terdengar. Pandangan kami arahkan ke kanan-kiri sungai, menangkap gerak burung berkelebat beterbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belibis, ibis, elang, qoatsi, beo, kakatua, bangau, kingfisher, bahkan kenari yang mungil berbulu kuning dan bersuara ribut muncul. Pagi adalah saat paling sibuk dalam kalender dunia burung di Amazon.
"Mereka berkicau sebagian untuk mengatakan pada komunitasnya bahwa mereka masih hidup dan siap memangsa. Sebagian untuk mengumumkan bahwa daerah jangkauan kicauan adalah teritori yang tidak boleh diganggu burung lawan. Sebagian lagi mengumumkan ancaman pada calon mangsa - semacam deklarasi intimidasi," kata Priscilla Diniz, ornitologis (peneliti burung) yang turut dalam perjalanan.
Menurut hitungan Diniz ada sekitar 50 spesies burung endemik yang kami temui sepanjang dua jam perjalanan menyusuri Sungai Rio Negro, salah satu cabang utama Sungai Amazon. Sempat pula dapat atraksi rombongan monyet tupai (squirrel monkey) yang berukuran kepalan tangan orang dewasa.
Monyet-monyet mini ini berebut meloncat ke pinggir sungai mendekati perahu mengharapkan hadiah potongan pisang yang dibawa turis.
![]() |
Selain sebagai ilmuwan burung, Diniz adalah salah satu pemandu wisata burung (bird watching) untuk turis alam liar yang khusus datang ke Brasil.
Duduk bersebelahan dengannya di perahu yang mengangkut kami menyusur Sungai Ariau terasa istimewa. Diniz punya pengetahuan luas tentang burung dan satwa lain di Amazon sehingga memberi pengalaman wisata yang sangat asyik.
Dia sudah berpengalaman memandu karena sering diminta biro ekowisata Brasil menemani turis melihat burung. Bahasa Inggrisnya bagus, meski beberapa kali sempat juga mencari kata yang cocok dengan membuka kamus dalam telepon pintarnya. Dalam telepon itu juga ada peta perburungan lengkap, yang jadi bekalnya memandu.
"Saya harus siap ditanya turis soal seluk-beluk satwa di sini. Komunitas global bird watchers itu bisa pergi sampai ke pelosok hutan demi melihat burung. Mereka sangat antusias," kata Diniz bangga.
Dalam 24 jam berlayar, kami hanya mengarungi jarak sekitar 100 kilometer bolak-balik Rio Negro, karena kecepatan lambat dan sering berhenti.
Kapal Dorina, salah satu armada milik Moacir Mendes alias Mo, kami naiki di pelabuhan Sabtu pagi yang sangat terik di bulan Oktober 2022.
Pelabuhan Kota Manaus adalah salah satu pusat perdagangan besar di Amerika Selatan pada abad 18. Manaus adalah ibu kota Amazonas -- satu dari 26 negara bagian di Brasil - yang terletak paling dekat dengan Amazon, serta hutan hujan tropis terbesar di dunia.
Di Amazonas juga terdapat rumah Institut Riset Nasional Amazon (INPA), pusat studi paling penting tentang keragaman hayati Amazon saat ini.
![]() |
Kota-kota di Brasilnya umumnya sudah berusia tua. Sejak dijajah Portugis abad ke-15, titik-titik pemukiman dan industri banyak muncul. Termasuk Manaus yang berdiri sejak 1669 dan menjadi pusat perkebunan karet.
Keluarga kolonialis dari Portugal banyak memilih tinggal di Manaus, membawa serta adat kebiasaan mereka seperti arsitektur dan agama, dan tentu saja bahasa. Sampai saat ini bahasa nasional Brasil adalah Portugis. Kolonialisasi Portugis berlangsung sekitar 350 tahun dengan Brasil baru dinyatakan lepas dari Portugis pada 1822.
Beberapa jam setelah berlayar, di sungai muncul fenomena pertemuan air (dalam bahasa Porto: Encontro das Águas) yaitu aliran dari Rio Negro yang berwarna kehitaman akibat larutan sedimen dari hutan Amazon yang kaya unsur hara, terbawa sampai jauh bertemu dengan aliran air berwarna pucat pasir dari air salju di pegunungan Andes di Peru.
Sepanjang sekitar 6 kilometer, aliran air beda warna ini bertemu tapi tidak bercampur. Di Manaus, fenomena unik ini jadi atraksi turis.
![]() |
Oktober lalu Brasil masih masuk musim kemarau, meski sesekali hujan. Akibatnya debit air menyusut dan di pinggir dan muara sungai, muncul daratan mirip pantai dengan pasir putih halus yang seolah melambai mengajak mampir.
Karena cuaca bagus, siang setelah jam makan, kami bisa kembali ke pantai menggunakan perahu kayu yang diikat di belakang kapal. Kami turun dan mandi-mandi, jalan-jalan di pasir persis seperti ketika piknik ke pantai.