Siklon Tropis Herman, yang efeknya menjangkau Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan, disebut baru akan hilang pada pekan depan.
Diberitakan, Siklon Tropis Herman muncul di Samudera Hindia di selatan RI, Kamis (30/3), dan berdampak pada hujan disertai angin kencang di Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Yogyakarta.
Data per Kamis (30/3) malam menyebut kecepatan angin maksimum saat itu mencapai 45 knot (83,4 km/jam) dan tekanan udara minimum 994 mb, bergerak ke arah timur-tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau berbagai pemodelan dia (Siklon Tropis Herman) bisa sampai hari Rabu (5/4), dia baru drop [kecepatannya] di sekitar 30 kilometer per jam. Siklon memang lama bertahanya bisa sampai seminggu," ungkap Peneliti Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Deni Septiadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (31/4).
Ia menuturkan efek hujan di berbagai daerah saat ini pada dasarnya bukan melulu ulah Siklon Tropis Herman. Sejumlah faktor lain turut memperkuat kondisi cuaca belakangan.
Pertama, Zona Konvergensi Intertropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ).
Ini merupakan daerah pusat tekanan rendah di sekitar khatulistiwa yang jadi pertemuan angin pasat timur laut dan tenggara. Zona ini juga dikenal dengan cuacanya yang monoton dan tidak berangin.
"Kalau dilihat ini kan aktif sekali, yang jelas wilayah kita awannya sudah banyak sekali. Penuh semua awan di wilayah kia, terutama di Jawa," ujar Deni.
"Ini bukan karena siklon, tapi kan karena banyak faktor, ITCZ, ada konvergensi angin yang saling bertemu satu sama lain, pasti awannya pasti masif di situ," imbuh dia.
Kedua, Monsun Asia, yang merupakan aliran angin dari Benua Asia yang melintasi RI yang membawa angin musim hujan, yang masih aktif.
"Monsun dari Asia masih aktif, ditambah pola aliran Herman, itu secara tidak langsung awan akan masif tumbuh di Kalimantan dan sekitar Jawa. Potensi hujan sedang hingga lebat, bahkan lebih," tutur Deni.
"Durasi hujan rata-rata awan Comulus itu paling sekitar 1 jam, tapi bisa jadi lebih karena awan silih tumbuh berganti."
Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebut efek Siklon Tropis Herman sudah melanda Kalimantan.
"Hujan angin merata yang terjadi di Jatim sore ini jelas merupakan satu sistem hujan yang sama dengan Kalimantan," kicaunya di Twitter, Jumat (31/3).
"Penguatan angin di lokasi tersebut terjadi karena remote effect pusaran dari Herman yg ada di selatan Samudra Hindia."
Ia pun memperkirakan efek siklon ini bisa sampai Sulawesi lantaran faktor angin. Dampaknya bisa berupa gelombang tinggi.
"Herman menciptakan wind shear (angin pink merah) dg arah melintang utara-selatan yg diikuti oleh peningkatan aktivitas awan dan hujan pada area wind shear. Sistem ini bergerak terus ke timur. Besok (1/4) hujan badai sampai di Sulawesi, Lombok, Bali, NTB. Hati² Sulawesi!"
"Saya menekankan untuk Sulawesi karena aliran hujan dari Kalimantan disertai angin kencang dari Laut Jawa akan menghampiri Sulawesi. Angin kencang ini potensi menimbulkan gelombang tinggi sehingga Sulawesi tak hanya dihantam hujan badai di darat tapi juga storm surge dari laut!" lanjutnya.
Sebelumnya, para ahli mengungkap efek cuaca ekstrem, seperti hujan amat deras, banjir, kemarau yang lebih kering dari biasanya, yang makin marak beberapa tahun belakangan terkait erat dengan pemanasan global.
Fenomena ini sendiri terjadi akibat kerusakan lingkungan yang dipicu di antaranya oleh kecanduan bahan bakar fosil, seperti bensin dan batu bara.
(can/arh)