Studi: Jumlah Penduduk Dunia Bisa Anjlok Nyaris 2 M di Akhir Abad 21

CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2023 07:59 WIB
Penelitian terbaru menyebut jumlah penduduk Bumi bisa anjlok hampir 2 miliar di akhir abad 21. Ada apa?
Ilustrasi. Jumlah penduduk dunia diprediksi bakal anjlok. (AFP/ALLISON JOYCE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Studi terbaru menunjukkan jumlah penduduk Bumi bisa anjlok menjadi hanya 6 miliar pada pengujung abad 21. Faktor lingkungan dan ekonomi menjadi dalang yang menyebabkan penurunan ini.

Populasi dunia saat ini berjumlah 7,96 miliar. Organisasi nirlaba The Club of Rome memprediksi, jika tren saat ini terus berlanjut, penduduk dunia akan mencapai puncaknya pada pertengahan abad dengan pada 8,6 miliar jiwa.

Namun, angka tersebut diperkirakan akan menurun hampir 2 miliar sebelum abad 21 ini berakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkiraan ini merupakan berita baik sekaligus buruk bagi umat manusia. Di satu sisi, populasi manusia yang menurun akan sedikit meringankan masalah lingkungan di Bumi.

Di sisi lain, penurunan populasi akan membuat umat manusia menjadi lebih tua secara keseluruhan dan menurunkan proporsi orang usia kerja. Hal ini akan memberi beban yang lebih besar pada kaum muda untuk membiayai perawatan kesehatan dan pensiun.

Perkiraan terbaru yang dibuat oleh para peneliti dari inisiatif Earth4All untuk Global Challenges Foundation ini diterbitkan sebagai makalah berjudul People and Planet, 21st Century Sustainable Population Scenarios and Possible Living Standards Within Planetary Boundaries.

Dikutip dari Eurekalert, tim peneliti menggunakan model dinamika sistem baru untuk mengeksplorasi dua skenario pertumbuhan populasi di abad ini.

Skenario pertama, dunia terus berkembang secara ekonomi dengan cara yang mirip dengan 50 tahun terakhir. Banyak negara yang paling miskin akan terbebas dari kemiskinan ekstrem.

Dalam skenario ini, para peneliti memperkirakan populasi global akan mencapai puncaknya pada 2050, sebelum menurun menjadi 7 miliar pada tahun 2100.

Skenario kedua, yang disebut Lompatan Raksasa, para peneliti memperkirakan populasi akan mencapai puncaknya pada 8,5 miliar orang pada sekitar 2040 dan menurun menjadi sekitar 6 miliar orang pada akhir abad ini.

Hal ini dicapai melalui investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengentasan kemiskinan, terutama investasi di bidang pendidikan dan kesehatan, bersama dengan perubahan kebijakan yang luar biasa dalam hal ketahanan pangan dan energi, ketidaksetaraan, dan kesetaraan gender.

Dalam skenario ini, kemiskinan ekstrem dapat dihapuskan dalam satu generasi atau pada 2060 dengan dampak yang nyata pada tren populasi global.

"Kami tahu bahwa perkembangan ekonomi yang pesat di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki dampak besar pada tingkat kesuburan," kata Per Espen Stoknes, direktur Pusat Keberlanjutan di Sekolah Bisnis Norwegia dan pemimpin proyek Earth4All dalam sebuah pernyataan, Senin (27/3).

"Tingkat kesuburan menurun karena anak perempuan mendapatkan akses ke pendidikan dan perempuan diberdayakan secara ekonomi serta memiliki akses ke layanan kesehatan yang lebih baik," tambahnya.

Beda variabel

Dikutip dari LiveScience, proyeksi terbaru ini tampak berbeda dengan sejumlah proyeksi populasi dunia sebelumnya.

Sebagai contoh, pada 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi dunia akan mencapai 9,7 miliar pada 2050 dan meningkat menjadi 10,4 miliar pada 2100. Perkiraan PBB dari satu dekade yang lalu bahkan menunjukkan populasi akan mencapai 11 miliar.

Model lain memperkirakan pertumbuhan populasi berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian sosial dan otonomi tubuh perempuan, seperti akses terhadap pendidikan dan kontrasepsi.

Sementara itu, model Earth4All sedikit lebih kompleks, dengan mengintegrasikan variabel-variabel yang terkait dengan lingkungan dan ekonomi. Hal ini mencakup ketersediaan energi, ketidaksetaraan, produksi pangan, tingkat pendapatan, dan dampak pemanasan global di masa depan.

(lom/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER