Gelombang Panas Terjang Asia, Indonesia Ikut Merasakan

CNN Indonesia
Kamis, 20 Apr 2023 14:30 WIB
Negara-negara di Asia tengah dilanda cuaca panas imbas gelombang panas April yang terjadi.
Ilustrasi. Negara-negara di Asia tengah dilanda cuaca panas imbas gelombang panas April yang terjadi. (iStock/fizkes)

Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) juga mengalami cuaca panas belakangan ini.

BMKG mengungkap Jabodetabek belum masuk musim kemarau. Adapun yang tengah terjadi saat ini adalah pancaroba atau masa peralihan. Karenanya, masih ada yang hujan dan ada pula yang kering.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jakarta sendiri diprakirakan masuk musim kemarau pada bulan Juni, untuk Bekasi utara masuk bulan Mei," jawab Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto pada Rabu (12/4).

Guswanto menjelaskan cuaca panas di Jabodetabek ini didorong sejumlah faktor, termasuk pancaroba atau peralihan musim

"Untuk Panas di Jabodetabek saat ini lebih cenderung disebabkan oleh kondisi Pancaroba menuju musim kemarau," ujar dia.

Menurut Guswanto, kondisi seperti ini berpotensi terjadi hingga Puncak Musim Kemarau bulan Agustus atau September 2023.

Selain itu, Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko menambahkan paparan UV yang tinggi berpotensi terjadi di daerah yang cerah.



"Memang untuk lokasi yang kondisi umum cuacanya diperkirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari untuk beberapa hari ke depan dapat berpotensi menyebabkan indeks ultraviolet pada kategori 'very high' dan 'extreme' di siang hari," jelas Hary, Rabu (12/4).

Hary menjelaskan pola UV ini dipengaruhi pula oleh posisi dan waktu pergerakan Matahari serta kondisi tutupan awan di suatu wilayah.

"Bulan April, posisi semu Matahari masih ada di sekitar dekat ekuator, dan menunjukkan fase gerak semu ke utara hingga Juni nanti, yang berdampak penyinaran matahari lebih optimum ke wilayah Indonesia," terang Hary.

Menurut situs Edusainsa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena ekuinoks, yakni posisi Matahari tepat di khatulistiwa, sempat terjadi di RI dengan puncak pada 21 Maret.

Saat itu, durasi siang dan malam di seluruh bagian dunia sama panjang, Matahari terbit tepat di timur dan tenggelam di barat.

Saat ekuinoks, peneliti Pusat Riset dan Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan, "intensitas radiasi Matahari yang diterima di ekuator Bumi bernilai maksimum."

Selain itu, dia pun mengakui secara tidak langsung posisi Matahari ini memang dapat meningkatkan kenaikan suhu karena radiasinya berbanding lurus terhadap suhu permukaan Bumi.

(pop/end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER