Apakah Gerhana Matahari Pertanda Besok Sudah Lebaran Idulfitri?

CNN Indonesia
Kamis, 20 Apr 2023 15:47 WIB
Adakah kaitan antara gerhana matahari dengan potensi Idulfitri sehari setelahnya? Pakar menjelaskan fenomena alam ini secara ilmiah.
Ilustrasi. Hilal di atas ufuk menentukan pergantian bulan hijriah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Najmuddin menyatakan Matahari, Bulan, dan Bumi pada saat konjungsi memang berada dalam posisi yang berurutan, meski tidak selalu dalam ekliptika yang sama.

Hal ini disebabkan oleh bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi memiliki kemiringan yang berbeda dengan bidang orbit Bumi terhadap Matahari.

Pada waktu tertentu, kata dia, posisi Matahari, Bulan, dan Bumi akan berada pada garis lurus dengan bidang ekliptika yang sama. "Ketika berada dalam bidang ekliptika yang sama inilah terjadi gerhana Matahari," kata Najmuddin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga bisa dikatakan bahwa gerhana Matahari terjadi ketika ijtimak, namun tidak setiap ijtimak terjadi gerhana Matahari. Jadi memang benar ketika terjadi gerhana Matahari, berarti bulan baru telah lahir," tutur dia.

Ini juga berlaku untuk gerhana Bulan, yang terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu bidang ekliptika alias sejajar.

"Jadi setiap gerhana Bulan memang terjadi ketika purnama, namun tidak setiap purnama akan terjadi gerhana Bulan," jelasnya.

Pergantian hari dan hilal

Masalahnya, perlu ada beberapa syarat tambahan terpenuhi pada saat yang sama dengan waktu konjungsi. Yakni, masalah pergantian hari dan kecocokannya dengan posisi hilal (bulan sabit tipis tanda periode bulan baru).

Najumuddin menjelaskan Bulan bisa menuntaskan satu putaran penuh atau ijtimak di waktu pagi ataupun malam dalam sudut pandang penduduk Bumi. Secara astronomi, kapan pun waktunya, sepanjang sudah Ijtimak, maka bulan (hijriah) baru telah dimulai.

Dia menyebut mesti ada kriteria tertentu untuk mengatur kapan dimulainya bulan baru. Kalau hanya berpatokan pada Ijtimak, maka awal bulan bisa dimulai pagi, sore, atau tengah malam.

Ia menuturkan para ulama lantas bersepakat untuk memulai hari baru versi hijriah ketika Matahari terbenam atau waktu maghrib.

Selain pergantian hari, syarat bulan baru adalah posisi hilal.

Konsep wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah sebagai acuan pergantian bulan kamariah, menambahkan syarat hilal (bulan sabit tipis penanda masuk bulan baru) masih berada di atas ufuk saat Matahari terbenam.

Jika tiga syarat itu, yakni konjungsi, pergantian hari, posisi hilal, Najmuddin menyebut "secara astronomi Bulan memang sudah masuk bulan baru dan untuk kepentingan menentukan awal Bulan, kaidah ini bisa dipakai secara praktis."

Dengan kata lain, bulan baru bisa disimpulkan terjadi esok saat konjungsi terjadi sebelum waktu magrib dengan hilal di atas ufuk.

(tim/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER