BRI Cetak Laba Rp15,56 Triliun di Kuartal I 2023

Advertorial | CNN Indonesia
Selasa, 02 Mei 2023 00:00 WIB
Di tengah gejolak perekonomian global, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil mengawali tahun 2023 dengan melanjutkan kinerja cemerlang.
Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah gejolak perekonomian global, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil mengawali tahun 2023 dengan melanjutkan kinerja cemerlang. Hingga akhir kuartal I tahun 2023, BRI mencatatkan laba secara konsolidasian (BRI Group) sebesar Rp15,56 triliun atau tumbuh 27,37 persen year on year (yoy).

Adapun aset BRI Group bertumbuh sebesar 10,46 persen yoy menjadi Rp1.822,97 triliun.

Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan bahwa kinerja positif itu tak lepas dari komitmen BRI untuk tetap tumbuh secara berkelanjutan, sambil tetap fokus di segmen UMKM sebagai fondasi bisnis perusahaan selama lebih dari 127 tahun.

Dari sisi penyaluran kredit, seluruh segmen kredit BRI pun mencatatkan pertumbuhan positif, dengan kontributor utama di segmen mikro yang tumbuh 11,18 persen. Sehingga, total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi sebesar Rp1.180,12 triliun.

"Khusus untuk segmen UMKM porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun," kata Sunarso.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit itu diimbangi pengelolaan manajemen risiko yang baik. Hal itu tercermin dari rasio NPL pada akhir kuartal I 2023 yang sebesar 2,86 persen atau membaik, dibandingkan NPL pada periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 3,09 persen.

Rasio itu membuat credit cost BRI membaik, dari semula 2,78 persen pada kuartal I 2022 menjadi 2,39 persen di akhir kuartal I 2023.

"Meskipun kualitas kredit membaik, BRI tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 282,49%. Hal ini merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, dan perlambatan ekonomi dunia." ungkap Sunarso.

Selanjutnya, dari sisi pendanaan, BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp1.255,45 triliun atau tumbuh double digit sebesar 11,45 persen yoy dengan penopang utama pertumbuhan dana murah atau CASA yang tumbuh 13,01 persen yoy menjadi Rp810,09 triliun.

Fokus BRI mengakselerasi kemampuan dalam menghimpun dana murah tersebut membuat rasio CASA meningkat menjadi 64,53 persen. Angka ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar 63,63 persen.

"Peningkatan CASA tersebut didukung oleh strategi BRI dalam meningkatkan transaksi nasabah di segmen mikro, ritel maupun wholesale," ujar Sunarso.

Lalu pada segmen mikro dan ritel, penghimpunan CASA di antaranya didukung oleh optimalisasi transaksi melalui AgenBRILink, super app BRImo, dan digital payment platform (BRI API).

Sementara di segmen wholesale, penghimpunan CASA dioptimalkan melalui pengembangan platform digital payment terintegrasi bernama Qlola. Platform Qlola menyediakan akses menyeluruh terhadap layanan wholesale banking BRI, seperti layanan Cash Management, Trade Finance, Supply Chain Management, Foreign Exchange, Investment Service, dan Financial Dashboard.

Adapun kontributor lain yang menjadi penopang kinerja BRI yakni pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income (FBI) yang tumbuh 11,45 persen yoy atau mencapai Rp5,08 triliun.

"Pencapaian FBI tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah Agen BRILink yang per Maret 2023 telah mencapai lebih dari 650 ribu agen, dengan total nilai transaksi sebesar Rp325,65 triliun, serta kenaikan jumlah transaksi finansial BRImo yang mencapai 99,07 persen yoy dengan total nilai transaksi mencapai Rp884 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai lebih dari 26,3 juta user pada akhir kuartal I 2023," papar Sunarso.

Sunarso menambahkan, perubahan preferensi nasabah yang semakin gemar dengan transaksi digital, khususnya di segmen mikro dan ultra mikro diproyeksikan akan terus berlanjut pada tahun 2023.

Selain meningkatkan penetrasi layanan keuangan (financial inclusion) di Indonesia, Hybrid Bank Business Model yang diterapkan BRI akan menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien, dan terintegrasi sesuai dengan journey literasi digital masyarakat Indonesia.

Dari sisi efisiensi, keberhasilan BRI melakukan efisiensi juga tercermin dari rasio BOPO, CER, dan CIR yang membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. BOPO tercatat 64,47 persen, semakin baik dibandingkan BOPO pada kuartal I 2022 sebesar 68,26 persen.

Rasio Cost Efficiency Ratio (CER) juga tercatat membaik dari 45,68 persen di akhir kuartal I 2022 menjadi 42,69 persen di akhir kuartal I 2023, dan Cost to Income Ratio (CIR) yang semula 42,23 persen menjadi 41,83 persen, yang artinya semakin efisien.

Dengan pertumbuhan bisnis dan profitabilitas yang kuat, BRI mampu menjaga rasio keuangan pada level yang baik. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank berada pada level 84,94 persen, menunjukkan kondisi likuiditas masih sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan bisnis ke depan.

Di sisi lain, BRI juga mampu menjaga kondisi permodalan yang kuat dengan CAR mencapai 24,98 persen, berada di atas minimum ketentuan regulator sebesar 17,5 persen setelah memperhitungkan implementasi Basel 3, dan risk appetite perusahaan sebesar 19 persen.

"Dengan rasio kecukupan modal yang sangat memadai tersebut, BRI mampu mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank, baik risiko pasar, risiko kredit maupun risiko operasional, serta mendukung pertumbuhan bisnis ke depan secara jangka panjang," kata Sunarso.

Menutup paparannya, Sunarso menyatakan bahwa BRI melihat perlambatan dan gejolak ekonomi global di tahun 2023 tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik dengan potensi resesi sebesar 2 persen pada 2023.

Menurut Sunarso, keyakinan itu lahir dari prediksi BRI menggunakan metode Markov Switching Dynamic Model (MSDM). Metode ini memperkuat evaluasi dan analisa Bloomberg sebelumnya, serta telah terbukti secara akurat, termasuk memproyeksi resesi di Indonesia pada ASEAN Financial Crisis tahun 1998 dan saat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.

Karena itu, Sunarso pun menegaskan optimisme bahwa Indonesia akan mampu bertahan dari ancaman risiko resesi.

"Sehingga prospek dan kinerja industri perbankan khususnya BRI juga akan lebih baik di tahun 2023, dengan kredit BRI kami proyeksikan mampu tumbuh di level 10 sampai 12 persen dan didukung oleh pertumbuhan pada segmen UMKM, khususnya Mikro dan Ultra Mikro," katanya.

(adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER