Sebuah riset terbaru mengungkap hampir setengah traffic atau lalu lintas di internet berisi bot. Hal ini disebut sebagai imbas kehadiran platform kecerdasan buatan (AI) generatif.
Riset yang dikeluarkan perusahaan keamanan siber Imperva mengungkapkan peningkatan yang signifikan dalam aktivitas web otomatis dan berbahaya pada 2022, dengan proporsi lalu lintas manusia turun ke level terendah dalam delapan tahun terakhir.
Perusahaan ini mencatat "bot jahat" berada di level tertinggi sejak mereka mulai melacak tren pada 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() 101 SCIENCE Kenapa Matahari Berwarna Kuning? |
Dikutip dari Tech Radar, laporan Imperva Bad Bot 2023 menemukan pada 2022, traffic internet mencapai hampir setengah atau tepatnya 47,4 persen berasal dari bot. Angka tersebut mengalami peningkatan 5,1 persen dari tahun sebelumnya.
Pada periode yang sama, proporsi lalu lintas manusia menurun menjadi 52,6 persen, yang merupakan level terendah dalam delapan tahun terakhir.
Menurut para peneliti, aktivitas bot bahkan diperkirakan akan meningkat lebih tinggi lagi tahun ini. Hal ini dikarenakan kehadiran platform AI generatif seperti ChatGPT dari OpenAI dan Bard dari Google.
"Bot telah berkembang pesat sejak 2013, tetapi dengan munculnya kecerdasan buatan generatif, teknologi ini akan berkembang dengan kecepatan yang lebih tinggi dan lebih mengkhawatirkan selama 10 tahun ke depan," kata Karl Triebes, wakil presiden senior di Imperva, dikutip dari The Independent.
"Penjahat siber akan meningkatkan fokus mereka untuk menyerang titik akhir API dan bisnis aplikasi dengan otomatisasi yang canggih. Akibatnya, gangguan bisnis dan dampak finansial yang terkait dengan bot yang buruk akan menjadi lebih signifikan di tahun-tahun mendatang," tambahnya.
Sebagai informasi, aktivitas bot jahat dapat mencakup apa saja, mulai dari spam yang menyumbat kotak masuk email hingga sistem canggih yang melakukan serangan brute force untuk meretas email atau akun online seseorang.
Beberapa bot bahkan dapat meniru perilaku manusia untuk menghindari deteksi oleh perangkat lunak keamanan.
Lebih lanjut, tren mengkhawatirkan lainnya yang dicatat dalam riset dari Imperva adalah munculnya bot yang digunakan dalam peperangan, dengan lonjakan 145 persen dalam serangan otomatis yang menargetkan aplikasi web Ukraina pada awal 2022.
Serangan-serangan ini kemungkinan besar dirancang untuk mengganggu infrastruktur penting negara tersebut, mulai dari energi dan telekomunikasi, hingga sektor transportasi dan keuangan.
"Setiap organisasi, terlepas dari ukuran atau industrinya, harus peduli dengan meningkatnya volume bot jahat di internet," kata Triebes.
"Dari tahun ke tahun, proporsi lalu lintas bot terus meningkat dan gangguan yang disebabkan oleh otomatisasi berbahaya mengakibatkan risiko bisnis yang nyata - mulai dari masalah reputasi merek hingga berkurangnya penjualan online dan risiko keamanan untuk aplikasi web, aplikasi seluler, dan API," pungkasnya.
(lom/lth)