Istilah zilenial (zillennials) belakangan muncul untuk generasi yang lahir di antara generasi Y dan generasi Z. Penamaan generasi semacam ini umumnya datang untuk meraih klik dan followers.
Sebutan ini sendiri muncul di kalangan remaja Amerika untuk remaja yang berada di antara istilah-istilah genarasi yang ada sebelumnya.
Menurut Pew Research Center, istilah milenial atau Generasi Y mengacu pada siapa pun yang lahir antara 1981 dan 1996. Sementara, Gen Z mengacu pada orang yang lahir pada periode 1997 hingga 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di garis batas dua generasi itu, muncullah terminilogi zillennials.
"Ketika saya pertama kali mendengar istilah zillennials, di perguruan tinggi, saya mikir, 'itulah saya'," cetus Juliana Olarte, humas bidang perjalanan berusia 26 tahun yang tinggal di New York City, AS, dikutip dari CNN.
Profesor sosiologi dan direktur Pusat Inovasi Ilmu Sosial di Boston University Deborah Carr menyebut zillennials merujuk pada kelompok kecil atau generasi mikro yang lahir antara awal tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an.
"Mereka berada di puncak Gen Z dan milenial, sehingga label mash-up dari zillennial," katanya.
Lihat Juga : |
Zillenials sendiri didefinisikan sebagai mereka yang berusia di awal hingga pertengahan 20-an, dan telah menghadapi serta mengatasi banyak kesulitan dalam hidup mereka yang relatif singkat.
"Mereka masih bayi dan anak-anak ketika peristiwa 9/11 terjadi dan tidak mengenal kehidupan sebelum pemeriksaan keamanan di bandara, terorisme domestik yang merajalela, dan ancaman menakutkan lainnya," kata Carr.
"Mereka kuliah selama pandemi, dan kehilangan penanda sosial yang penting," imbuhnya.
Carr menambahkan zilenial lahir kira-kira antara tahun 1992 dan 2002, tetapi tidak ada periode pasti yang disepakati oleh para ahli untuk kelompok ini.
Apa perlunya sih penamaan semacam ini?
Profesor sosiologi di University of Maryland Philip Cohen menyebut pelabelan terhadap sebuah generasi tidak ada artinya.
"Para pemasar dan fadfluencer pasti ingin menjadi yang pertama dalam menamai sebuah 'generasi' atau 'generasi mikro' demi klik dan pengikut," tuturnya.
"Namun, tidak ada artinya melakukan hal tersebut sebelum kita mengetahui apa yang kita pelajari dan kenapa," lanjut Cohen.
Ia menambahkan istilah-istilah itu sekedar tren yang tanpa arti.
"Ilmu sosial tidak terlalu memperhatikan wacana tentang 'generasi' karena sebagian besar adalah hype yang dangkal," katanya.
Beberapa generasi memang menolak pelabelan, ada juga yang menerimanya.
"Beberapa generasi menolak label yang diberikan orang lain kepada mereka dan beberapa generasi menerima nama tersebut jika mereka merasa cocok dengan nilai-nilai atau perbedaan mereka," ujar Jason Dorsey, seorang peneliti generasi dan presiden dari Center for Generational Kinetics, sebuah perusahaan riset generasi.
"Kami menemukan bahwa generasi zilenial sering kali menjauhi berita utama milenial yang negatif yang ingin mereka hindari atau tidak mereka tiru, seperti berita-berita clickbait tentang akting yang bertingkah seperti orang dewasa atau memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi," lanjutnya.
Dorsey mengatakan 'generasi antara' ini punya keunggulan tersendiri dalam hal isu sosial.
Penelitian perusahaannya menunjukkan Gen Z lebih terhubung dengan penyebab sosial daripada milenial. Senada, zillennials lebih tertarik pada masalah sosial ketimbang milenial.
"Di pusat penelitian kami, kami telah melihat cuspers (orang-orang yang lahir di antara ujung generasi yang satu dan awal yang lainnya) seperti zillennials sering berakhir dengan keuntungan karena cenderung membuat mereka lebih sadar akan generasi sebelum dan sesudah mereka sendiri," jelas dia.
Orang-orang di Gen Z, kata Sabrina Grimaldi (23), pendiri Zillennial Zine, situs online untuk generasi mikro pada 2021, "sangat peduli dengan lingkungan, berusaha mengurangi jejak karbon mereka dan mengurangi sampah plastik mereka."
Sejak usia muda, zillennials telah mempelajari dampak perubahan iklim.
"Mereka sangat sadar akan ancaman terhadap planet ini-namun juga tahu bahwa mereka dapat memainkan peran penting dalam mengurangi jejak karbon mereka (contohnya aktivis lingkungan Greta Thunberg)," timpal Carr.
Namun demikian, Carr menilai stereotip yang diciptakan masyarakat dari generasi ke generasi tergantung usaha masing-masing.
"Kita mesti mengingat setiap generasi muda memiliki perjuangannya sendiri," ucap dia, "dan bahwa mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa di dunia yang diciptakan oleh generasi sebelumnya."
(lom/arh)