Kendaraan listrik diklaim lebih ramah lingkungan daripada yang berbahan bakar fosil. Namun, Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meragukan itu lantaran sumber energi dari PLTU. Mari kita cek data-datanya.
Dalam banyak kesempatan, sejumlah pejabat mempromosikan kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) adalah masa depan lantaran tak mengotori Bumi.
"Untuk itu saya berharap teman-teman para pengusaha, inovator, pemegang kebijakan jangan ragu-ragu bahwa EV adalah mobil masa depan untuk kepentingan dunia yang semakin bersih," ujar Moeldoko, Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) sekaligus Kepala Staf Kepresidenan, dalam acara pembukaan pameran kendaraan listrik PEVS 2023 di JIExpo, Maret lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan, saat hadir di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, Ahok meragukan 'kebersihan' kendaraan listrik lantaran sumber energinya dari pembakaran batu bara, salah satu sumber energi fosil yang mengotori udara.
"Kita bilang net zero emission, kita bilang kendaraan listrik yang green. Pertanyaan saya, kalau PLTU-nya pakai batu bara? Kenapa tidak manfaatkan semua panas bumi. Nah, di situlah Pertamina harus bisa bersama-sama PLN untuk melakukan (mulai memakai energi) panas bumi," cetusnya, di ICE BSD Tangerang, Selasa (15/8), dikutip dari detikcom.
Memangnya kenapa dengan PLTU yang pakai batu bara?
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per April 2022, ada 253 unit PLTU di Indonesia. PLN sendiri pada 2021 memiliki 126 unit PLTU dengan total kapasitas terpasang sekitar 20.365 Mw.
Kalimantan Timur jadi provinsi dengan PLTU terbanyak, yakni 26 unit.
Meski begitu, Jawa jadi juara kapasitas terpasang (daya maksimum yang bisa dihasilkan) yang mencapai 15.830 Mw. Sisanya, 4.422 Mw, tersebar di luar Jawa.
PLTU Jawa 7, di Serang, Banten, pun jadi unit yang memiliki kapasitas terbesar di Indonesia dengan 2 x 1.000 megawatt (Mw).
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, sumber listrik di Indonesia memang masih didominasi oleh energi dari pembangkit berbahan baku fosil.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang berbahan baku batu bara misalnya, menjadi yang terbanyak dengan kapasitas terpasang 33.092 Mw. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang berbahan baku gas maupun BBM menyusul dengan 12.430 Mw.
Di peringkat selanjutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Air mencapai 5.661 Mw.
Bahan bakar fosil merupakan hasil dari proses biokimia selama jutaan tahun yang kemudian memadat atau mencair hingga menghasilkan batu bara, minyak bumi, atau gas.
Selain tidak dapat diperbaharui dan jumlahnya terbatas, bahan bakar fosil ini melepaskan polusi ke udara (emisi) yang berdampak buruk pada kesehatan hingga memicu pemanasan global.
Alan Jenn, Assistant Professional Researcher in Transportation, University of California, Davis, dalam tulisannya di The Conversation, menegaskan hal penting yang harus diperhatikan dalam elektrifikasi sistem transportasi adalah soal seberapa bersih jaringan listriknya.
"China contohnya, menargetkan 20 persen kendaraannya menjadi kendaraan listrik pada 2025. Namun jaringan listriknya masih sangat bergantung kepada batu bara," tulisnya.
Studi yang dirilis oleh konsultan global Kearney, yang ditugaskan oleh pembuat EV Polestar dan Rivian, mengungkap industri otomotif "jauh dari jalur" dalam hal pemangkasan sumber emisi global.
Hal ini merujuk pada target Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) untuk membatasi peningkatan suhu dunia di angka 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri.
Sumbangan pada polusi di halaman berikutnya...