Kebiasaan menguburkan jenazah dan menggunakan api ternyata sudah ada ratusan ribu tahun sebelum manusia modern (Homo sapiens) melakukannya.
Melansir CNN, hal tersebut ditemukan ketika para pakar bekerja untuk mengidentifikasi gua yang digunakan untuk pemakaman. Mereka menemukan beberapa simbol yang terpahat di gua tersebut, yang berusia antara 241 ribu hingga 335 ribu tahun yang lalu.
Jenazah yang telah berubah menjadi fosil itu merupakan milk Homo naledi dewasa dan anak-anak yang dibaringkan dalam posisi janin di dalam cekungan gua dan ditutupi tanah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penguburan itu lebih tua dari penguburan Homo sapiens yang diketahui setidaknya dilakukan sejak 100 ribu tahun yang lalu.
Temuan itu merupakan kelanjutan dari penemuan fosil-fosil Homo naledi yang pertama kali ditemukan pada sistem gua Rising Star di Afrika Selatan saat ekskavasi pada 2013.
Sistem gua itu merupakan bagian dari Cradle of Humankind Afrika Selatan, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang mencakup area di mana para ilmuwan telah menemukan fosil dari berbagai spesies nenek moyang manusia purba.
Simbol-simbol yang terpahat itu termasuk garis-garis silang seperti tagar yang diukir dalam-dalam dan bentuk geometris lainnya.
Simbol serupa yang ditemukan di gua lain diukir oleh Homo sapiens awal 80.000 tahun yang lalu dan Neanderthal 60.000 tahun yang lalu dan dianggap telah digunakan sebagai cara untuk merekam dan berbagi informasi.
"Temuan baru-baru ini menunjukkan penguburan yang disengaja, penggunaan simbol, dan aktivitas pembuatan makna oleh Homo naledi," kata Paleoantropolog sekaligus penjelajah National Geographic Lee Berger, yang memimpin penulisan dua studi awal, dan membantu pada penulisan studi ketiga.
Ketiga studi itu telah dipublikasikan di jurnal BioRxiv.
Eksplorasi sistem gua Rising Star sendiri bukan hal yang mudah. Berger dan timnya telah memetakan sekitar 4 km, gua yang memiliki kedalaman vertikal 100 meter dan lebar 200 meter.
Sistem gua ini termasuk jurang curam yang mematikan dan lorong-lorong kecil yang disebut Superman's Crawl, yakni sebuah terowongan dengan panjang 40 meter dan lebar 25 cm. Hal itu membuat para periset harus merangkak jika ingin melewatinya.
Berger bahkan mengaku harus menurunkan berat badan hingga 25 kg untuk memasuki ruang genting gua pada 2022.
"Itu adalah pengalaman yang paling mengerikan dan luar biasa dalam hidup saya," kata Berger.
"Saya hampir mati keluar dari sana, tetapi jelas layak untuk membuat beberapa penemuan ini. Tapi, saya pikir bagian penting dari itu, bagaimanapun, adalah bahwa perjalanannya tidak akan sesulit, menurut saya, untuk Homo naledi," kata Berger menambahkan.
Homo naledi berbagi kemiripan dengan manusia seperti berjalan tegak dan suka membentuk obyek dengan tangan. Namun mereka memiliki kepala yang lebih kecil dan postur yang lebih pendek serta kurus.
Lihat Juga :101 SCIENCE Apakah Ular Punya Telinga? |
Bahu Homo naledi dan giginya berbagi kemiripan dengan hominin awal seperti Australopithecus.
Ketika Berger dan timnya mengumumkan penemuan Homo naledi pada tahun 2015, mereka menyatakan kemungkinan spesies tersebut sengaja membuang mayat mereka di dalam gua.
Namun, gagasan tentang hominin berotak kecil dianggap sebagai hipotesis yang sangat kontroversial.
Pada 2018, tim mulai menemukan bukti yang mendukung gagasan bahwa Homo naledi sengaja menguburkan orang mati. Para ilmuwan menemukan oval yang digali ke permukaan gua menyerupai lubang, dan sisa-sisa tubuh ditempatkan di dalam posisi melengkung.
Homo naledi dapat beraktivitas di dalam gua gelap dengan menggunakan api. Ada bukti yang tersebar di seluruh gua, termasuk jelaga, arang, dan tulang yang terbakar, yang menunjukkan bahwa mereka secara aktif melakukan pembakaran.
Terkait simbol yang ada di dinding gua, para pakar sayangnya belum mengetahui artinya.
"Apa yang dapat kami katakan adalah bahwa ini adalah desain geometris yang sengaja dibuat yang memiliki makna untuk Homo naledi," kata Agustín Fuentes, Penjelajah National Geographic yang memimpin penulisan studi ketiga.
"Itu berarti mereka menghabiskan banyak waktu dan tenaga dan mempertaruhkan hidup mereka untuk mengukir benda-benda ini di tempat-tempat di mana mereka mengubur mayat." katanya menambahkan.
(can/lth)