Fakta-fakta Peluncuran Satelit SATRIA-1 yang Nyaris Tanpa Insiden

CNN Indonesia
Selasa, 20 Jun 2023 07:59 WIB
Satelit SATRIA-1 yang diluncurkan ke angkasa pada Senin (19/6) pagi WIB memakai roket milik perusahaan Elon Musk, SpaceX. Simak fakta menarik lainnya.
Plt Menko Polhukam Mahfud MD membantah SATRIA-1 nirguna akibat kasus BAKTI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Masa pakai 20 tahun

Dengan biaya proyek Rp8 T, Satelit SATRIA-1 punya masa pakai tak lebih dari 20 tahun. Adi Rahman mengatakan satelit itu menjadi sampah antariksa jika sudah melampaui periode penggunaan.

"Jadi semua satelit yang tidak berfungsi akan disimpan di graveyard (kuburan) orbit," jelasnya.

Ia memprediksi sampah antariksa dari Satelit Satria-1 akan meluncur kembali ke Bumi 100 ribu tahun mendatang. "Mungkin kita sudah tidak akan ada di sini".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Butuh dukungan darat

Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan infrastruktur komunikasi pendukung satelit.

Bentuknya berupa stasiun bumi ground segment di 11 lokasi, yakni di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.

"Selanjutnya, pemanfaatan utilitas backbone Palapa Ring adalah sebesar 45 persen dengan Service Level Agreement layanan operasional Palapa Ring sebesar 95 persen," tandasnya, dikutip dari siaran pers Kominfo.

Tak terkait infrastruktur BAKTI

Meski butuh dukungan infrastruktur darat, Mahfud MD menyebut satelit terbesar pertama di Asia dan kelima di dunia itu tidak terkait dengan jaringan BAKTI yang tengah terkait kasus hukum.

"Saya ingin membantah pendapat yang mengatakan SATRIA-1 tidak ada gunanya karena jaringan di Bumi itu tidak bisa tersedia berhubung adanya kasus BTS 4G yang sekarang ditangani oleh Kejaksaan Agung," ujar Mahfud dalam sebuah keterangan, Senin (19/6).

Jaringan BTS BAKTI sendiri, berdasarkan sejumlah sampel yang diambil penegak hukum, tak aktif.

Anggaran membengkak

Usman mengatakan biaya investasi pembuatan SATRIA-1 membengkak, dari awalnya US$450 juta atau sekitar Rp6,6 trillun menjadi US$540 juta atau sekitar Rp8 triliun.

Pemicunya adalah perubahan rencana pengangkutan satelit dari Prancis ke Florida. Semula, pengangkutannya hendak memakai Pesawat Antonov. Rencana berubah akibat masalah teknis dan geopolitik global.

"Satelit ini kan dirakit di Thales. Mestinya diangkut [pesawat] Antonov. Karena perang [Rusia-Ukraina] dan mungkin karena rusak, jadi diangkut jalur darat sehingga memerlukan waktu sehingga dananya jadi meningkat," tutur Usman, pekan lalu.

"Belum lagi harus dah harus dipotong-potong juga [satelitnya]," tandas dia.

(arh/tim/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER